Namun, Trump justru beranggapan sebaliknya. Keterlibatan AS di dalam Perjanjian itu dinilai telah merugikan triliunan dollar AS bagi negara Paman Sam tersebut.
"Kami siap memanfaatkan peluang bisnis ini, menciptakan lapangan kerja dan keuntungan bagi pemegang saham," kata Vice President of Sustainability Autodesk, Lynelle Cameron, dalam sebuah pernyataan.
"Di Autodesk, kita semua masuk, dan lebih berkomitmen daripada sebelumnya untuk meminta pelanggan kami merancang, membangun dan memproduksi solusi iklim positif bersih," lanjut dia.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya mengumumkan negerinya mundur dari kesepakatan Iklim Paris 2015.
Dia menambahkan, langkah untuk merundingkan kesepakatan baru yang 'adil' yang tidak merugikan dunia usaha dan pekerja AS akan dimulai.
Kesepakatan Paris 2015 lalu mengikat Amerika Serikat dan 187 negara untuk menjaga kenaikan temperatur global di bawah 2 derajat Celcius dan berupaya membatasinya pada 1,5 derajat Celcius.
Saat mengumumkan kebijakan tersebut di Taman Mawar Gedung Putih, Presiden Trump menggambarkan kesepakatan Paris sebagai perjanjian yang ditujukan untuk memincangkan, merugikan, dan memiskinkan Amerika Serikat.
Dia berpendapat kesepakatan Paris menyebabkan kehilangan Amerika kehilangan produk domestik bruto sebesar 3 triliun dolar dan 6,5 juta lapangan kerja.
Sementara, negara-negara pesaing Amerika seperti China dan India mendapat perlakuan yang lebih baik.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.