JAKARTA, KompasProperti - Mulai Oktober 2017, Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan merealisasikan transaksi non-tunai di seluruh ruas tol. Realisasi tersebut diyakini dapat memangkas waktu transaksi secara signifikan.
Menurut General Manager Tol Jagorawi Roy Ardian Darwis, selama ini banyak waktu terbuang untuk transaksi di gerbang tol.
Mulai dari menerima pembayaran, memastikan uang yang dibayarkan pas, hingga menghitung kembalian. Hal itulah yang kerap kali menimbulkan kemacetan di jalan tol.
"Jadi itu siapkan dulu, berhenti. Itu transaksinya biasanya bisa memakan waktu 11 detik. Tapi dengan cash less, itu dia bisa cuma empat detik, bahkan kurang," kata Roy dalam sebuah diskusi di Rest Area KM 10 Jalan Tol Jagorawi, Rabu (31/5/2017).
Berdasarkan catatan BI, tingkat transaksi non-tunai di 35 ruas jalan tol baru mencapai 25 persen.
Jumlah tersebut dipandang masih rendah, sehingga pemerintah berencana mengintervensi penggunaan sistem pembayaran non-tunai.
Keuntungan itu tak hanya diterima masyarakat pengguna jalan tol, melainkan juga pihak operator.
Dari sisi masyarakat, membayar tol melalui transaksi non-tunai dapat memberikan rasa aman. Pasalnya, jumlah uang yang dibayar lebih akurat.
"Selain itu juga lebih cepat serta nyaman, karena tidak perlu ada penghitungan uang kembalian, atau uang kembalian jatuh, dan lain-lain," kata dia.
Sementara itu, dari sisi pengelola, elektronifikasi pembayaran tol dapat menurunkan empat risiko.
Keempatnya yakni risiko fraud karena adanya proses manual oleh manusia, risiko kesalahan penerimaan dan pengembalian, risiko penerimaan uang palsu, dan risiko keamanan saat pengumpulan uang tunai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.