Mungkin karena kita suuzan dan selalu melihat rumput tetangga terlalu hijau bagi standar kita. Atau, ketidakrelaan melihat kemajuan sepihak di sebelah. Atau, mungkin juga semata-mata hanya ketidaktahuan akan apa nawaitu tetangga sebelah dalam berbuat.
Kenapa? Karena tidak kenal. Atau, tidak mau kenal?
Maka, sebenarnya fenomena "baper" di ruang-ruang politik yang sedang kita alami saat ini, seharusnya tidak perlu ada. Hanya kekhilafan, karena kurang mau mengenal tetangganya.
Permasalahan terbesar bangsa kita ini adalah karena kita dibesarkan dalam nilai-nilai di mana berlaku sopan lebih penting daripada berbuat benar. Mempertahankan tentang sesuatu hal baik, dianggap kasar. Dan, kita bersembunyi di balik keagamaan untuk membangun identitas diri daripada mengamalkannya.
Kekhilafan bisa menjadi kedunguan yang merobek-robek esensi bermasyarakat. Seperti tulalit bunyi telepon yang tidak tersambung, "Hello. ... anybody home? Ting-tong... Ting-tong..."
Apa kabar tetangga?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.