Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jusuf Kalla: Jadi "Smart City", Belum Tentu Nomor Satu

Kompas.com - 04/05/2017, 16:30 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Meski mendapat predikat sebagai kota pintar atau smart city, sebuah kota tidak serta merta akan meraih predikat sebagai nomor satu.

Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), teknologi informasi memang dibutuhkan sebagai sarana untuk menunjang percepatan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat.

Kendati demikian, manusia yang mengoperasikan teknologi informasi (TI) adalah yang paling berperan penting dalam kemajuan sebuah kota.

"Bisa kita bayangkan, kita mungkin IT-nya tidak terlalu bagus, tapi rajin mengendalikan kotanya dengan baik, dia tetap lebih bersih, tetap lebih rapi, tetap lebih menarik dibandingkan kota lain," kata JK saat pembukaan acara Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) 2017 di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (4/5/2017).

JK mengaku, masih banyak kabupaten/kota di Indonesia yang belum memanfaatkan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) mereka semaksimal mungkin untuk menunjang pembangunan.

Baru sekitar 10 persen hingga 20 persen anggaran yang digunakan, sisanya diperuntukkan bagi pengeluaran rutin.

Baca: Smart City Belum Ada di Indonesia

"Akibatnya, apa pun alat yang Anda pakai, tetap (saja) sampah banyak karena tidak ada yang pungut, tetap selokan banjir karena tidak ada yang bersihkan. Jadi, jangan menganggap bahwa kalau anda nanti ratingnya kota cerdas langsung nomor satu, tidak. Sama sekali tidak," tuturnya

Lebih jauh, ia mengatakan, penggunaan teknologi informasi juga akan memberikan efek samping di dalam struktur birokrasi pemerintah daerah.

Salah yang terlihat yakni tidak lagi diperlukannya pejabat setingkat eselon dalam jumlah banyak untuk mengatur tata kelola pemerintahan daerah.

Bila jumlah eselon dipangkas, JK menambahkan, maka akan terjadi pengurangan besar-besaran terhadap jumlah karyawan.

Efisiensi juga akan terjadi pada penggunaan lahan perkantoran di daerah.

"Jadi kantor bupati, wali kota kecil-kecil saja nanti kan. Itu risikonya, banyak hal yang berubah akibat teknologi itu," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com