Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Macet Parah Munculkan Komuter Super

Kompas.com - 18/04/2017, 20:56 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber WEFORUM

KompasProperti - Berapa lama waktu tempuh rumah-kantor yang menurut Anda ideal? Satu jam? Atau dua jam?

Bagaimana jika Anda menghabiskan lebih banyak waktu di perjalanan menuju darn dari tempat kerja ketimbang bekerja di kantor itu sendiri?

"Menua di jalan", adalah seloroh yang umum dilontarkan oleh para komuter atau penglaju dari wilayah penyangga menuju pusat kota Jakarta.

KompasProperti harus menempuh perjalanan 3 jam dari Bekasi Timur menuju Senayan melalui Tol Jakarta-Cikampek dan Tol Dalam Kota Jakarta.

Lamanya waktu tempuh juga terjadi saat pulang kantor, sehingga total perjalanan yang dialami sekitar 6 jam.

Karena waktu yang dihabiskan di jalan lebih lama akibat macet, banyak para komuter memanfaatkan kereta untuk bepergian ke kantor dan pulang.

Namun, masalah tidak terhenti di sana karena kereta menjadi sangat padat saat jam-jam sibuk pagi hari dan sore hari.

Banyak dari para komuter yang rela menunggu sejak pagi buta hanya untuk mendapatkan tempat duduk di kereta dan menikmati perjalanan lebih nyaman.

Berdasarkan pengalaman rekan KompasProperti, saat berangkat dari Stasiun Bogor, membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai Sudirman.

Itu pun dengan kondisi kereta yang sangat padat sampai sulit bernapas dan berdiri dengan benar. Kereta mulai sesak terutama saat memasuki Stasiun Depok.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Hall di Stasiun Bogor. Gambar diambil pada Jumat (20/1/2017).
Hal serupa terjadi juga di Beijing, China. Ratusan ribu pekerja menghabiskan rata-rata 6 jam dan bahkan sampai 9 jam untuk berangkat ke dan pulang dari ibu kota.

Menurut BBC, warga Beijing menghabiskan rata-rata 52 menit dalam perjalanan mereka. Kebanyakan pekerja, merasakan dampak buruk dari pasar properti yang harganya meroket di ibu kota.

Mereka lebih memilih tinggal di kota-kota satelit dengan harga rumah lebih terjangkau seperti Yanjiao, di provinsi Hebei, yaitu sekitar 35 kilometer dari Beijing.

Dikenal sebagai kota ‘tidur’; Yanjiao menjadi tempat para komuter melepas lelah usai berjibaku dengan kesibukan pekerjaan di pusat kota.

Masalah kemacetan

Pada 2030, kota-kota China akan menjadi rumah bagi lebih dari 1 miliar orang, atau 70 persen dari total populasi dunia.

Reuters Sejumlah kendaraan terlihat di jalan dekat Taman Jingshan di tengah kabut tebal di pusat kota Beijing
Kemacetan lalu lintas mengular sampai beberapa kilometer sudah menjadi pemandangan biasa di Beijing, dan kota-kota China lainnya.

Dalam upaya untuk menghindari kemacetan, sebagian warga sudah menyerah menggunakan mobil mereka.

Beberapa lainnya memilih untuk mengantre sejak fajar di halte bus, demi mendapatkan kursi di moda transportasi publik yang datang satu jam sekali.

Munculnya komuter super

Sementara di Amerika Serikat, rata-rata perjalanan sehari-hari pekerjanya adalah sekitar 24 detik lebih lama pada 2015 dibandingkan 2014.

Dengan demikian, selama 2015, sekitar 3 jam 20 menit menjadi total waktu yang dihabiskan pekerja untuk perjalanan ke dan dari tempat kerja.

Di Inggris, perjalanan selama dua jam menjadi realitas sehari-hari untuk 3,7 juta pekerja. Angka perjalanan ini telah meningkat sepertiganya dalam lima tahun.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang telah bepergian lebih jauh untuk bekerja.

Hilda B Alexander/Kompas.com Salah satu sudut kota London, Inggris. Transportasi publik di kota ini saling terintegrasi dengan baik.
Mereka menyeberangi perbatasan atau menghadapi jarak yang sangat jauh untuk bekerja.

Menurut sebuah laporan New York University Wagner School of Public Service, komuter ini sering bekerja dari rumah sebagai bagian dari pemangkasan waktu dan membuat perjalanan ke kantor seminggu sekali atau dua kali.

Pertumbuhan akses internet pita lebar, pengembangan sistem komputer rumahan yang menyaingi tempat kerja, dan munculnya sistem komunikasi portabel telah memberikan kontribusi terhadap munculnya komuter super di Amerika Serikat, dan berbagai belahan dunia lainnya.

Di Eropa, hampir 1,7 juta penduduk dari negara-negara Schengen menyeberangi perbatasan untuk pergi bekerja pada 2014.

Pangsa komuter lintas batas sangat tinggi di Slovakia sebesar 5,7 persen, Estonia 3,5 persen, Hungaria 2,4 persen dan Belgia 2,3 persen.

Maraknya penerbangan murah di Eropa juga telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan komuter super ini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com