Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelas Menengah Tanggung dan Lingkaran Setan Dilema soal Rumah...

Kompas.com - 07/04/2017, 17:07 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Artikel “Cermat dalam Berinvestasi Properti...” di harian Kompas edisi 20 September 2016, misalnya, sedikit banyak menggambarkan kemungkinan tersebut. Artikel ini menyentil tren “harga naik hari Senin” yang rawan “mempermainkan” ekspektasi pasar, bahasa teknis tentang harapan sekaligus kekhawatiran konsumen yang rentan berdampak pada penentuan harga.

Apakah lalu rencana Pemerintah menaikkan pajak apartemen kosong, kalau benar-benar jadi kebijakan kelak, bisa menurunkan harga rumah di pasaran?

Karena belum terjadi, tak baik berandai-andai. Namun, analogi bisa datang dari peristiwa politik dan kebijakan di tanah seberang, Amerika Serikat.

Judul tulisan The Economist edisi 8 Mei 2015, yaitu “Markets, democracy and economics- The winning formula?”, mungkin bisa jadi inspirasi. Kalau pasar benar-benar tak lagi mampu membeli, harga pasti turun karena pedagang mau jualan.

Masalahnya, selama tak ada terobosan luar biasa mengatasi tantangan kepemilikan rumah kelas menengah ke bawah, permintaan akan selalu ada.

Nah, inspirasi mungkin bisa dibalik lagi barangkali.

Kalau sekian banyak pemilik dan pedagang bersama-sama menawarkan harga bersaing dan masuk akal, ditambah aturan ketat sekaligus berat buat orang-orang kelebihan duit berhobi "menimbun" rumah yang toh tak dihuni sendiri itu diberlakukan, masa harga tidak benar-benar turun dan karenanya kelas menengah tanggung ke bawah bisa beli rumah?

Kok tidak bahas urusan rumah buat orang miskin atau kelas ekonomi bawah? Lah, yang rutin gajian saja masih susah kalau bahas urusan tempat tinggal layak, otomatis enggak sih yang bawah juga jelas lebih pusing lagi tentang ini?

Terus, inspirasi dan solusinya kok banyak berandai-andai dan seperti berharap pada kebaikan pengembang, pedagang, kepala daerah, calon kepala daerah, atau saudara-saudara yang mendapatkan rezeki lebih melimpah?

Nah, kalau sudah kepikiran poin ini, berarti tiba saatnya lebih kencang mengingatkan pemerintah tentang tugas suci-nya atas kewajiban pemenuhan hak dasar setiap warga negara....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau