Franson juga menjelaskan kepada Dok bahwa pihaknya telah menangani masalah tersebut baru pada tingkat lokal, bukan dari atas ke bawah.
"Saya menjelaskan bagaimana kami tidak tertarik pada perbaikan cepat. Jadi ini berarti bekerja dengan masyarakat untuk memahami kebutuhan mereka. Kami juga menggunakan bahan lokal berkelanjutan yang bersumber seperti kayu untuk membangun rumah baru," jelas dia.
Prinsip tersebut sejalan dengan Korut yang berdasarkan data Observatory of Economic Complexity (OEC), sebuah sumber data perdagangan internasional dan ekonomi tidak terlalu bergantung dengan bahan material dari negara lain.
Korut berada di posisi 142 dari 200 negara pengimpor barang. Itu juga yang membuat Korut mendapatkan sanksi dari komunitas global.
Mengingat kenyataan tersebut, maka telah menjadi hal mudah untuk melihat mengapa kesepahaman material lokal berkelanjutan sangat penting untuk arsitektur.
Data Bank Dunia pada 2015 menyebutkan, hampir 70 persen daratan Swedia ditutupi hutan dan 42 persen daratan Korut juga merupakan hutan belantara.
"Kami memiliki banyak kayu untuk digunakan untuk membangun di Swedia. Jadi kami sungguh tidak perlu bergantung dengan negara lain untuk membangun rumah-rumah kami atau bahkan pencakar langit kami," ujar Franson.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.