Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan di Balik Investasi Triliunan Rupiah Pengembang China

Kompas.com - 08/01/2017, 23:16 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAs.com - "Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial dibanding negara lainnya di Asia Tenggara".

Demikian CEO PT Sindeli Propertindo Abadi, Wu Wei, mengemukakan alasan, dan motif di balik investasi Rp 2,002 triliun di pasar properti Indonesia kepada Kompas.com, Minggu (8/1/2017).

Baca: Lagi, Perusahaan China Investasi Triliunan Rupiah di Jakarta

Faktor bonus demografi, bertumbuhnya kalangan kelas menengah, serta populasi yang terus bertambah, menciptakan kebutuhan hunian yang demikian besar.

Wu tak menampik hal tersebut sebagai peluang bagus bagi perusahaannya untuk ikut serta menggarap pasar Indonesia dengan membangun apartemen, dan jenis properti lainnya.

"Karena itulah kami membangun 3.700 unit dalam enam menara dengan nilai investasi 150 juta dollar AS," jelas Wu.

Tentu saja jumlah itu bukan main-main. Dan Wu beserta perusahaannya sangat didukung oleh induk mereka, yakni raksasa investasi kesehatan yang berbasis di China, Wuzhou Investment Group. 

Dengan mengantongi restu dari induk usaha, Wu bebas memanfaatkan dana investasi tersebut demi membangun properti sekaligus reputasi di Tanah Air. 

Hal itu dibuktikan melalui pembelian secara kontan lahan seluas 4,8 hektar di Jl lapangan Tembak, Cibubur, Jakarta Timur, sebagai lokasi proyek apartemen perdana mereka Jakarta Living Star.

Alasan lainnya, tambah Wu, adalah siklus ekonomi global secara umum yang mengalami perlambatan, dan juga properti dalam bingkai khusus.

Di China, bisnis properti sedang melambat, untuk tidak dikatakan lesu. Mengutip data Biro Statistik China, volume penjualan rumah terus menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Pada bulan Oktober 2016 saja, kenaikan penjualan bidang properti hanya 26,4 persen atau melambat dari bulan sebelumnya, September yang mencatat pertumbuhan 34 persen.

Penjualan properti berdasarkan luas lantai dalam 10 bulan pertama juga turun menjadi 26,8 persen, dari sebelumnya 26,9 persen.

Pasokan yang berlebih di kota-kota lapis kedua menyebabkan penurunan penjualan lebih signifikan pada bulan lalu dibandingkan dengan kota-kota tier satu.

Dokumentasi China Harbour Indonesia Daan Mogot City
Kondisi serupa, tambah Wu, juga terjadi di Indonesia. Penjualan para pengembang selama 2015-2016 mengalami penurunan tajam. Bahkan, Wu berani bilang bahwa kondisi pasar Indonesia sedang berada dalam titik terendah. 

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau