KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Saat ini, industri properti Malaysia tengah mengalami masa keemasan pasca krisis keuangan yang menghantam mereka pada periode 2009-2013.
Bahkan, mengutip pemimpin Plotratio.com Tanto Kurniawan, dalam beberapa tahun ini tercatat adanya peningkatan harga properti sebanyak lebih dari dua kali lipat.
Kendati demikian, perjalanan menuju arah tersebut bukannya tanpa hambatan. Salah satunya adalah peran Pemerintah Malaysia dalam membuat kebijkan guna mengendalikan harga properti agar tak berimbas terhadap perekonomian dalam negeri.
Kebijakan seperti menaikkan pajak keuntungan transaksi properti dan revisi harga terendah properti yang bisa dibeli oleh orang asing yakni sebesar Rp 3,5 miliar diharapkan mampu mendinginkan iklim ekonomi Negeri Jiran.
"Bukan hanya itu, Bank Sentral juga meminta seluruh bank di Malaysia agar memperketat pemberian kredit pemilikan rumah (KPR). Tujuannya jelas, agar bisa meredam spekulan," jelas Tanto.
Imbasnya, transaksi penjualan properti pun turun 10,5 persen pada 2014 dan 4,6 persen pada 2015 dibandingkan ketika 2013.
Pada akhirnya, banyak pengembang properti yang menunda peluncuran proyek barunya lantaran Pemerintah Malaysia juga membebankan tambahan pajak servis dan barang yang membuat harga jual harus ditambah kedua faktor tersebut.
Terlepas dari kebijakan dan situasi tersebut, kebutuhan terhadap tempat tinggal di Malaysia tetap menunjukkan peningkatan sehingga mengakibatkan kenaikan permintaan.
Bisnis properti Malaysia diyakini tetap menjanjikan meskipun saat ini diterpa isu melemahnya harga minyak dunia, tekanan terhadap mata uang Ringgit, dan rendahnya pertumbuhan ekonomi serta gonjang-ganjing situasi politik dalam negeri.
"Para pengembang pun mulai melihat hal tersebut sebagai suatu kesempatan bisnis yang menjanjikan," tambah Tanto.
Salah satunya adalah Mah Sing, pengembang nomor tiga terbesar di Malaysia ini yakin bahwa bisnis properti Malaysia telah menyentuh titik terendah dan akan bangkit dalam waktu cepat.
Cara yang dilakukannya adalah dengan menambah land bank atau cadangan tanah setelah pada tahun-tahun sebelumnya mereka berhenti membeli tanah.
Faktor lainnya yang membuat keyakinan Mah Sing semakin besar adalah pembangunan infrastruktur seperti kereta, jalan bebas hambatan, pelabuhan, lapangan terbang, dan upaya pengembangan proyek-proyek baru di luar Kuala Lumpur semakin marak terjadi.
Tanto mengatakan, saat ini, mass rapid transit (MRT) Line 1 sepanjang 51 kilometer akan siap beroperasi pada 2017 mendatang.
Infrastruktur ini akan membuat akses ke daerah Kuala Lumpur menjadi lebih cepat dan nyaman.