KOMPAS.com – Gerak cekatan, senyum wajib terpulas di wajah, dan kaki-kaki jenjang yang berjalan cepat jadi citra seorang pramugari saat melayani penumpang di pesawat. Akan tetapi, pernahkah terbayang, kemana mereka setelah penerbangan usai?
Tak banyak yang tahu, di luar kabin mereka harus berpacu dengan waktu. Perjalanan panjang berjam-jam untuk sampai di rumah—dengan risiko macet serta sempitnya waktu untuk bertemu keluarga—sudah menjadi risiko pekerjaan.
Itu belum apa-apa. Terbayangkah pada dini hari berikutnya, mereka harus pula sudah berada di dalam mobil jemputan untuk menjangkau penerbangan paling pagi?
Lalu, seperti apa tempat tinggal ideal bagi para pramugari ini?
Yulia, seorang pramugari mengaku sejak awal menjalani profesi itu sudah disarankan oleh pihak maskapai tempat dia bekerja untuk mencari tempat tinggal yang dekat dengan bandara.
“Kami dituntut untuk tepat waktu. Kalau pukul 07.30 harus sudah datang, ya harus (datang). Maka kami cari tempat tinggal yang nyaman dan dekat untuk antisipasi macet,” ujar Yulia saat ditemui Kompas.com, Senin (8/8/2016).
Aktivitas kru aviasi memang berbeda dengan karyawan kebanyakan. Yulia menggambarkan, kalau dia mendapat jadwal penerbangan pukul 07.00 WIB maka 3-4 jam sebelumnya dia sudah harus besiap.
“Jam 4 (pagi) bangun dan mulai make up. Lalu jam 5 pagi dijemput,” sebut Yulia.
Perhitungan waktu seperti yang dikatakan Yulia adalah estimasi normal. Artinya, kalau hujan, jalanan macet, atau ada banjir, perhitungan waktu bisa lebih lama lagi.
Yulia yang tinggal di Depok dengan orangtua pun akhirnya harus rela mencari tempat tinggal terpisah untuk bisa menunjang aktivitas kerja. Kawasan sekitar Bandara Soekarno-Hatta, menjadi tambatan.
“Waktu masih bolak-balik Depok, estimasi perjalanan dua jam saat normal. Kalau macet bisa sampai empat jam,” kenang Yulia.
Penting bagi Yulia memperhatikan waktu istirahat usai penerbangan. Maka dari itu, saat memilih tempat tinggal pun ia berpikir soal jarak.
“Kami pikirin berapa estimasi waktu berangkat dan pulang dengan jarak tempat tinggal. Itu pengaruh pada waktu istirahat yang kami miliki,” ujar Yulia lagi.
“Sempat mencari tempat tinggal yang bukan di kawasan (kota bandara) terus survei rumah kost. Eh ujung-ujungnya balik lagi,” imbuhnya.
Menurut dia, kota bandara sudah cocok dengan kebutuhan. Fasilitas seperti minimarket, restoran, refleksi, dan salon kecantikan yang berada di kawasan itu menjadi kelebihannya.
Senada dengan Yulia, pramugari lain, Maya dan Gania, mengakui hal yang sama. Kawasan kota bandara dinilai cocok menjadi tempat tinggal ideal bagi kru aviasi.