BREBES, KOMPAS.com - Usianya terhitung belia, baru menginjak angka 14 warsa. Namun, Rizki Ginanjar dan sepuluh sebaya lainnya membuka dan memanfaatkan kesempatan demi bersuka cita di Hari Raya.
Apa yang Rizki lakukan?
Bukan menadahkan tangan untuk meminta-minta. Remaja ini justru berjuang memperebutkan sejumput ruang kehidupan dengan berjualan bensin eceran di pinggir jalan bebas hambatan, Tol Pejagan-Brebes Timur.
Rizki yang dijumpai Tim Merapah Trans Jawa Kompas.com berkisah, selama hari-hari padat pemudik, dia bisa menghasilkan Rp 300.000 sehari dari hasil menjual 2 jeriken bensin isi masing-masing 15 liter.
Puncaknya, pada Sabtu (2/7/2016) malam saat kendaraan tak bergerak sepanjang 23 kilometer, Rizki meraup Rp 450.000 dari berjualan 3 jeriken.
Rizki dan teman-teman sekampungnya di Desa Petunjungan, Bulakamba, Kabupaten Brebes, tak hanya menjual bensin. Mereka juga menjajakan kopi gelas, air minum dalam kemasan, mi instan, dan teh dalam kemasan.
Jelang adzan maghrib berkumandang, banyak para pemudik yang melintas menepikan kendaraannya hanya untuk berbuka.
"Kebanyakan mereka yang beli karena tidak kebagian parkir di tempat istirahat (TI) Km 252. Lalu 'larinya' ke sini. Kebetulan arus juga tersendat, ya saya jualan di sini," buka Rizki.
Modal awal sejumlah Rp 200.000, dia dapatkan dari orang tuanya. Uang sebesar itu kemudian dia belanjakan di supermarket besar di pust kota.
Dengan berbonceng temannya, Antok, Rizki ulang alik dari pusat kota menuju "lapak"-nya di pinggir tol KM 251.
Dia berjualan mulai pukul 10.00 WIB hingga larut malam. Bagi Rizki habis atau bersisa, dia tetap senang membantu orang tuanya berjualan.
"Kalau makanan dan minuman sering ada sisa. Tapi kalau bensin, habis terus terutama tiga hari terakhir ini," tutur Rizki dengan senyum dikulum.
Tak takut dirazia?
Dengan cekatan dia menggelengkan kepala, "Saya lebih takut kalau pulang nggak bawa duit buat emak. Ini buat Lebaran," katanya.
Rizki dan Antok berjanji akan berjualan kembali selepas Hari Idul Fitri. Saat itu, mereka bakal membuka "lapak" di KM 251 Jalur B arah Jakarta.
Seraya membawa pulang jeriken kosongnya, tepat pukul 22.00 WIB, Rizki dan Antok merapah jalan setapak yang dibangun PT Pejagan Pemalang Toll Road sebagai akses bagi warga, menuju rumahnya.
Dalam gelap, lampu motor mereka menyala merah, membarakan semangat pantang menyerah. Bahwa kesempatan memang harus diperjuangkan.
Saksikan video Tim Merapah Trans Jawa tentang kisah Suharti, Srikandi Pantai Utara Jawa:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.