Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"E-Commerce" Merajalela, Matikah Pusat Belanja?

Kompas.com - 27/04/2016, 17:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

"Shopping mall masih menjadi tujuan belanja, meeting, hiburan, gaul, dan lain-lain," ujar Steve.

Dengan begitu, Jakarta, dan kota-kota lainnya di Indonesia masih punya peluang dalam membangun pusat belanja. Karena sarana hiburan masih minim, dan belum selengkap Singapura atau kota dunia lainnya.

Sementara menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, meskipun pusat belanja masih bisa bertahan namun konsepnya akan lebih mengkristal ke arah gaya hidup atau lifestyle mall.

Pusat belanja akan menjadi tempat bersosialisasi atau nongkrong, untuk liburan keluarga. Bukan lagi tempat belanja, apalagi untuk mencari barang-barang seperti gawai (gadget), elektronik, dan pakaian. 

"Kalau pun ada produk elektronik dan gadget di mal, hanya berupa display. Demikian halnya dengan produk fashion," ujar Hendra.

Tren ke depan

Dengan perkembangan tren yang semakin dinamis seperti saat ini, kata Hendra, pusat-pusat belanja akan berubah menjadi hanya ruang pamer saja atau show room yang memamerkan produk terbaru dari para peritel.

Baca: Bisnis Online Tak Akan Matikan Pusat Belanja

"Pasalnya, masyarakat yang berkunjung ke mal, belum tentu belanja. Mereka hanya akan mencoba produk baru. Karena beli produk online lebih menarik. Contohnya dari segi pembayaran paketan dengan kartu kredit atau promosi lainnya," tutur Hendra.

Sementara pelaku bisnis ritel terbesar Indonesia, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) sudah mengantisipasi perubahan kecenderungan tren berbelanja dengan membangun platform baru yakni www.MAPEMALL.com.

MAP merupakan perusahaan ritel gaya hidup yang memiliki lebih dari 150 merek global dan 2.000 gerai ritel di lebih dari 60 kota seluruh Indonesia. Pada Kamis (18/2/2016), mereka secara resmi meluncurkan MAP EMALL.

Pengembangan platform baru oleh MAP ini termotivasi nilai industri e-commerce yang kian melesat.

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, nilai industri eCommerce  tahun ini diprediksi mencapai 24 miliar dollar AS dan bakal terus melonjak 130 miliar dollar AS hingga 2020 mendatang. 

Asosiasi eCommerce Indonesia (idEA) juga memperkirakan pertumbuhan kelas menengah Indonesia akan meningkatkan jumlah online shoppers hingga 10 juta orang pada 2016 dengan transaksi hingga senilai Rp 20 triliun secara daring.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com