SERPONG, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewanti-wanti, meskipun perdagangan dalam jaringan (daring) atau e-commerce akan digenjot pertumbuhannya, namun Indonesia harus tetap berhati-hati.
Jokowi berpesan, boleh saja e-commerce dan perusahaan rintisan atau startup betul-betul diperhatikan dan diberi dorongan agar bisa meloncat ke level berikutnya, namun konsekuensinya adalah akan ada banyak pusat belanja (mal) fisik yang tutup.
E-commerce dan perusahaan startup memang harus dicarikan modal dengan jumlah tak sedikit agar bisa melangkah ke level yang lebih atas. Tetapi, itu harus dilakukan dengan hati-hati.
"Kalau ini diteruskan, mal-mal bisa banyak yang tutup. Hati-hati. Kalau kita belanja di rumah, siapa yang mau ke mal lagi? E-commerce diharapkan bisa digunakan untuk membantu petani, nelayan, usaha mikro di kampung-kampung, desa-desa, pelosok-pelosok," ujar Jokowi.
Jokowi mengutarakan pesannya itu saat membuka, dan meresmikan penyelenggaraan Indonesia E-Commerce Summit & Expo (IESE) 2016.
Acara e-commerce terbesar ini mengambil tema “The New Digital Energy of Asia”. Acara ini diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai (BSD), Kabupaten Tangerang, pada 27-29 April 2016.
Dalam pidato pembuka tersebut, Jokowi juga menyatakan "pusing" dengan ketertinggalan perkembangan startup Indonesia dibanding negara lain.
Sebelumnya, Jokowi pernah berkunjung ke Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa, salah satu agendanya untuk melihat perkembangan startup di negara-negara tersebut.
"Setelah mendengar sambutan Daniel Tumiwa dan Menkominfo makin pusing saya. Setelah kembali ke Indonesia kita harus bergerak secepatnya, tidak ada waktu lagi, kalau tidak kita akan ditinggal," kata dia.
Betulkah kekhawatiran Jokowi bahwa akan ada banyak mal yang tutup seiring bertumbuhnya perdagangan dalam jaringan dan startup?
Kekhawatiran Jokowi bukannya tak beralasan. Mengacu pada hasil riset Colliers International Indonesia, ruang-ruang kosong pusat perbelanjaan di Jakarta sudah mencapai tiga setengah kali lipat luas Plaza Indonesia. Ini artinya terdapat 372.614 meter persegi yang tidak terisi atau terserap pasar.
Baca: Pusat Belanja Kosong di Jakarta Seluas Tiga Kali Plaza Indonesia
Kendati ruang-ruang kosong pusat belanja semakin meningkat, Associate Director Retail Service Colliers International Indonesia, Steve Sudijanto justru menepis kekhawatiran Jokowi.
Menurut dia, pusat belanja masih bisa bertahan. Terlebih pusat-pusat belanja di Jakarta, dan kota-kota besar serta kota lapis kedua Indonesia yang masih menjadi tujuan hiburan keluarga.