ENTIKONG, KOMPAS.com - Pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kalimantan Barat, dipastikan akan lebih bagus dan megah dibandingkan milik Malaysia.
PLBN ini hanya terpaut beberapa ratus meter dari Pos Imigresen Malaysia. Kondisi aktual, memang masih terlihat semrawut karena aktivitas pembangunan.
Bangunan baru tersebut mengadopsi langgam arsitektur lokal dengan beberapa ornamen dan elemen dekoratif yang menjadi ciri khas Entikong.
Contohnya pada bagian atap PLBN yang merupakan hasil transformasi bentuk Rumah Panjang dan Perisai Suku Dayak.
Perisai ini adalah simbol pertahanan NKRI yang melindungi. Sedangkan corak dan warna cerah kuning diterapkan pada bagian dinding dan elemen relief pada bagian pintu gerbang.
Pencahayaan dibuat sealami mungkin dengan pola bukaan dan penggunaan material transparan.
Detail arsitektur yang mengadopsi unsur lokal menjadi komponen yang sangat penting dalam pembangunan PLBN yang memiliki luas lahan mencapai 8 hektar dan luas bangunan 19.493 meter persegi.
Kepala Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Kawasan Pemukiman Khusus Perbatasan Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Manaek Sihombing menuturkan, saat ini proses pembangunan sudah 45,95 persen dikerjakan.
Rencananya, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pembangunan akan selesai pada Desember 2016.
"Saat ini sedang dikerjakan bangunan utama. Kami harapkan bisa beroperasi pada 1 Januari 2017 yang akan datang," kata Manaek kepada Kompas.com, di sela-sela kunjungan Jokowi meninjau proses pembangunan PLBN Entikong, Rabu (23/3/2016).
Yohanes Kurnia Irawan/KOMPAS.com Suasana pembangunan di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Rabu (23/3/2016).
Bangunan ini terbagi dalam beberapa ruang yang digunakan sejumlah instansi dengan berbagai kepentingan di PLBN, di antaranya Bea Cukai, Karantina, Imigrasi, Kesehatan, dan Security.
"Jadi istilahnya Custom Imigration Quarantine Security (CIQS)," tambah dia.
Jika proses pengerjaan bangunan selesai, dipastikan lebih megah dari PLBN negara tetangga. Selain desainnya yang berbeda, juga penggunaan material lokal yang beragam.
Nantinya, di kawasan tersebut juga akan dibangun tempat istirahat (rest area), masjid, pasar, dan fasilitas lainnya. Namun, pengerjaan fasilitas ini akan dilakukan pada tahap dua yang dimulai awal tahun 2017.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia Kuching Malaysia, Jahar Gultom menjelaskan, terkait program pembangunan di wilayah perbatasan, sudah disampaikan kepada pihak pemerintah Malaysia, pelaku bisnis, dan masyarakat di sana.
"Saya tadi sudah sampaikan kepada bapak Dirjen, kami merasa dalam waktu dekat, mengenai proyek ini kita bentangkan di sana (Malaysia). Kita undang media, pelaku bisnis, masyarakat, ini lho yang kita lakukan disini (Entikong)," kata Jahar.
Laksono Hari Wiwoho Desain Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong mengadopsi langgam arsitektur lokal. Hal ini tecermin dari elemen dekoratif, fasad, material bangunan, dan denah ruangan. Kondisi pembangunan PLBN pada Rabu (23/2/2016).
Hal ini dilakukan supaya masyarakat maupun pemerintah Malaysia tidak hanya mendengar dari jauh, apa yang dikerjakan pemerintah Indonesia di PLBN Entikong.
Jahar menambahkan, sejak bulan Mei 2014 ada larangan untuk jenis barang tertentu yang masuk ke Indonesia melalui perbatasan Entikong. Pihak Malaysia pun kemudian melihat hal tersebut seolah Indonesia menutup diri.
"Dalam berbagai kesempatan mereka selalu bertanya, dan kita sudah memberikan klarifikasi, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, jadi jelas," pungkas Jahar.