Hanya dengan Rp 600 juta atau Rp 1,5 miliar, misalnya, mereka sudah mengantongi dua fungsi rumah dan kantor dalam satu properti.
Bandingkan dengan kondotel atau vilatel (vila dan hotel) yang lebih layak (feasible) dikembangkan di kawasan-kawasan wisata utama macam Bali, Yogyakarta, atau Bandung.
"Di ketiga tempat itu sebagai destinasi wisata favorit, banyak turis bermotif wisata yang membutuhkan tempat bermalam. Jadi, kondotel dan vilatel cocok dibangun di sana," tandas Hendra.
Sebaliknya, jika bukan dibangun di destinasi-destinasi wisata favorit, akan butuh waktu lama untuk mengembalikan modal. Konon pula imbal hasil.
Di lokasi wisata favorit saja, modal kembali butuh waktu setidaknya 8 tahun hingga 10 tahun dengan asumsi tingkat hunian lebih dari 70 persen.