Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Investor "Dadakan" yang Bingung Menjual Kembali Propertinya

Kompas.com - 19/02/2016, 18:39 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini, banyak masyarakat kaya yang bingung menjual kembali propertinya. Biasanya, investor-investor dadakan ini sebelumnya membeli properti dengan jumlah yang banyak. 

Menurut Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbanas, Aviliani, masyarakat kaya yang jadi investor "dadakan" tersebut memiliki dana yang berlimpah saat harga komoditas terus meningkat pada rentang tahun 2010-2013.

"Orang kaya dan jadi investor dadakan itu ada seperti di wilayah Kalimantan, Sulawesi. Waktu itu mereka borong properti secara tunai yang tidak sesuai dengan kebutuhannya," ujar Aviliani dalam diskusi Property & Mortgage Summit 2016, di Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Jumat, (19/2/2016). 

Mereka memborong properti, khususnya apartemen, bisa sampai satu lantai sekaligus. Motivasi mereka adalah untuk berinvestasi, karena bisnis properti selalu dianggap menguntungkan.

Nah, ketika bisnis properti melambat seiring pelemahan ekonomi seperti saat ini, mereka kewalahan dalam mengeluarkan biaya bulanan untuk perawatan properti yang dimilikinya.

Karena tidak mampu membayar biaya perawatan bulanan, itulah akhirnya mereka kelabakan. Dijual tak ada yang mau beli, dipertahankan tak sanggup membiayai ongkos perawatan.

Di sisi lain pasar sewa dan seken pun ikut menurun. Akibatnya bisnis properti menjadi over supply.

"Karena dia butuh, dia juga ga mau harganya turun dong kalau dijual, karena yang punya enggak mau jual murah, yang beli juga enggak mau beli mahal," kata dia. 


Indeks harga

Oleh sebab itu, menurut Aviliani, sebetulnya perlu ada lembaga yang bisa menentukan indeks harga agar tidak terjadi kondisi "bubble".

Kebutuhan tidak hanya sandang dan pangan, tapi papan atau tempat tinggal merupakan sesuatu yang perlu diatur oleh pemerintah. Terkait ini Aviliani tengah mencari siapa yang bisa menentukan indeks harga.

"Jadi ini masih ada waktu, sebelum ada lagi kejadian seperti ini. Paling tidak harus ada yang mengatur indeks harga, terserah mau dari mana," tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau