JAKARTA, KOMPAS.com - Harga rerata lahan industri secara tahunan melonjak 30,96 persen dari kuartal IV-2014 ke kuartal IV-2015. Pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Makassar, Sulawesi Selatan, sebesar 52,27 persen.
Lonjakan harga tersebut sejalan dengan meningkatnya permintaan lahan industri di kawasan timur Indonesia (KTI).
Demikian Survei Perkembangan Properti Komersial yang dilansir Bank Indonesia (BI) pada Senin (15/2/2016).
Meski harga mengalami peningkatan, kondisi sebaliknya justru terjadi pada segmen permintaan lahan industri baru. Menurut BI, permintaan lahan industri baru mengalami perlambatan sebesar 14,68 persen.
Sementara secara triwulanan (kuartal III-2015 ke kuartal IV-2015), kenaikan harga lahan industri tertinggi terjadi di wilayah Banten yang mencapai 5,54 persen.
Hal ini dipicu beroperasinya kawasan industri baru yaitu Griya Idola Industrial Park (GIIP). Harga jual lahan GIIP terhitung sangat tinggi karena memiliki aksesibilitas yang jauh lebih baik dibandingkan kawasan industrial lainnya.
GIIP
GIIP dimiliki dan dikembangkan oleh PT Barito Pacific Tbk melalui sayap bisnis PT Griya Tirta Asri. GIIP yang berlokasi di kawasan Bitung, Kabupaten Tangerang, Banten, mulai dibangun pada 24 Maret 2015 lalu.
Menurut Senior Associate Director Industrial Services Colliers International Indonesia, Rivan Munansa, luas GIIP sekitar 50 hektar. Berbeda dengan kawasan industri lainnya, GIIP tidak hanya kavling-kavling untuk industri, melainkan juga dikombinasikan dengan berbagai macam fungsi yang mendukung kebutuhan industri.
"GIIP mengintegrasikan lahan industri dengan gudang multiguna, service center, perkantoran, workshop, ruko, dan ruang ritel sebagai fasilitas penunjang. GIIP dilengkapi juga dengan fasilitas pengolahan air bersih, dan air limbah," tutur Rivan.
Selain itu, GIIP mengakomodasi kebutuhan tiga hingga empat besar penyewa sebagai major anchor, dan menarwakan area untuk dikembangkan dengan skema built to suit atau dibangun sesuai kebutuhan dan permintaan spesifik calon penyewa.