JAKARTA, KOMPAS.com - Jika sebelumnya nama kota-kota besar di China, seperti Shanghai dan Hongkong selalu tebersit dalam benak Anda sebagai wilayah untuk investasi properti, mulai saat ini lupakanlah.
Perlambatan ekonomi yang sedang terjadi sangat memengaruhi pasar properti di negeri Tirai Bambu itu. Alhasil, investor kini mencari lokasi lain untuk mendapatkan kesempatan besar berikutnya.
Menurut hasil riset Lamudi, lokasi tersebut adalah Surabaya. Kota terbesar kedua di Indonesia ini dinilai sedang berkembang dan menawarkan berbagai macam keuntungan bagi investor properti yang cerdik memanfaatkan situasi.
Mengapa Surabaya?
Dalam laporannya, Lamudi menjelaskan bahwa Surabaya sekarang menjadi tempat yang paling disukai di antara investor properti.
Harga propertinya masih terbilang kompetitif bila dibandingkan dengan Jakarta sebagai ibu kota negara.
Walaupun pertumbuhan harganya tertinggi di Jawa Timur, namun itu diiringi meningkatnya permintaan di sub-sektor residensial.
Menurut Survei Bank Indonesia atas Pertumbuhan Harga Properti Residensial kuartal IV-2015, harga residensial di kota Surabaya tumbuh rerata 4,92 persen. Rinciannya, rumah tipe kecil naik 5,98 persen, tipe menengah meningkat 4,92 persen, dan tipe besar 3,84 persen.
Selain Surabaya, Lamudi juga menyebut Boracay di Filipina. Pulau kini menjadi hotspot investasi residensial yang sedang berkembang.
Dengan sebuah bandara baru yang akan dibuka tahun 2016 dan peluncuran pembangunan properti yang besar di pulau ini, Boracay menjadi lebih terkenal di antara pembeli residensial dan properti komersial.
Meski pasar properti Boracay masih jauh dari puncaknya, namun dengan pembangunan yang terus-menerus dilakukan di pulau ini menjanjikan keuntungan investasi besar.
Seiring percepatan pembangunan, nilai properti diharapkan bisa bertambah tinggi pada tahun yang akan datang.
Berikutnya adalah Yangon, Myanmar. Setelah membuka dirinya terhadap dunia luar, harga properti di negara ini melonjak tajam.
Perubahan sedang terjadi di pasar perbatasan ini, apalagi dengan adanya UU Kondominium baru yang disahkan bulan Januari dan memungkinkan kepemilikan asing bangunan bertingkat tinggi.
Selain itu, setelah pemilu baru-baru ini dimenangkan oleh Liga Demokrasi Nasional, harapan tinggi bahwa pemerintahan demokrasi yang baru akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk merangsang pertumbuhan properti.
Selanjutnya, Gampaha, Sri Lanka. Ini merupakan lokasi kedua yang paling dicari oleh para investor di Sri Lanka dengan angka pencarian yang meningkat dibanding tahun 2015.
Terakhir Chittagong, Bangladesh. Kota pelabuhan ini termasuk ke dalam lokasi yang strategis, dengan pertambahan infrastruktur dan perkembangan ekonomi yang menyeluruh.
Pembangunan berlangsung dengan sangat baik di sini dan Kementerian Perencanaan Bangladesh kini sedang fokus pada proyek infrastruktur yang bernilai lebih dari 7 miliar dollar AS.
Proyek unggulan pada proposal tersebut adalah proyek pembangunan jalan yang menghubungkan Chittagong dengan Kunming di barat daya China, melalui Cox’s Bazar dan Myanmar.
Fenomena ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan, karena pasar properti di Chittagong telah menunjukkan pertumbuhan yang cepat dalam beberapa tahun dengan harapan akan terus berlanjut pada 2016.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.