Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arsitek Perancis Bangun Museum Bawah Air di Mesir

Kompas.com - 27/01/2016, 11:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

KOMPAS.com - Arsitek asal Prancis, Jacques Rougerie yang terkenal lewat konstruksi bawah airnya kini tengah merancang museum Kota Alexandria di Mesir.

Sejatinya, proyek ini pertama kali dibahas pada 1996 dan ditangguhkan pada 2011 akibat kejadian Arab Spring atau Kebangkitan Bangsa Arab yang terjadi pada Desember 2010.

Tetapi baru-baru ini pemerintah Mesir mengumumkan bahwa karya bawah air ini kembali masuk dalam agenda pembangunan mereka.

Keputusan Rougerie mengerjakan proyek ini tak terlepas dari lokasinya yang penuh sejarah dan mitologi.

"Ini adalah tugas yang menarik. Museum akan dibangun di teluk mitologis Alexandria, tempat sisa-sisa Istana Cleopatra dan pelabuhan kerajaan," jelasnya.

Bagian eksterior museum akan dilengkapi lempengan batu besar terbuka dengan sebuah kawasan pejalan kaki yang memiliki patung Firaun dan istrinya.

Selain itu, terdapat beberapa patung sphinx yang dibawa dari pelabuhan oleh Franck Goddio, arkeolog bawah air yang juga asal Perancis.

Sementara, ruang pameran terletak di bawah dan terdiri dari dua tingkat. Setelah itu, ada sebuah koridor yang mengarah ke Istana Cleopatra dan pelabuhan kerajaan.

Koridor itu juga akan digunakan untuk memamerkan patung-patung hasil temuan arkeolog yang dtempatkan dalam tabung kaca berisi air.

Semakin ke bawah, pengunjung akan bisa melihat sejumlah reruntuhan dan patung-patung di lokasi asli penemuannya.

Ruangan pameran yang dibuat ke bawah membuat pengunjung seolah menyelami laut. Hal itu dibuat berdasarkan apa yang ada di Alexandria.

"Ini adalah ciptaan simbolis yang terinspirasi oleh Teluk Alexandria dan mercusuar besar di dalamnya. Dalam dongen budaya global, Alexandria digambarkan bersinar melalui cahaya yang terpancar ke empat arah mata angin," jelas Rougerie.

Lebih lanjut Rougerie mengatakan jika inspirasi tersebut merupakan tema pembangunan museum. Rougerie mewujudkannya lewat empat layar felucca atau perahu layar kecil tradisional dengan layar terbuat dari kaca buram bermandikan cahaya.

Tantangan

Pembangunan museum ini pun bukannya tanpa kendala. Rougerie mengidentifikasi dua tantangan dalam pembuatan museum bawah air ini.

Tantangan pertama adalah polusi. Untuk mengatasinya, air akan diproses sebelum mulai konstruksi.

"Air akan disaring untuk menghilangkan polusi, tetapi tidak semua di teluk akan disaring karena akan terlalu mahal biayanya nanti. Penyaringan dilakukan untuk memunculkan visibilitas melalui air sambil menjaga suasana misteri di lokasi," papar Rougerie.

Tantangan kedua adalah mengidentifikasi dan mendaftarkan semua temuan reruntuhan atau benda bersejarah lainnya yang ditemukan di zona konstruksi museum.

Selain itu, keputusan Rougerie untuk tetap memamerkan patung-patung dalam air bukannya tanpa alasan. Menurutnya, upaya itu dilakukan untuk tetap menjaga kesakralan patung.

Tidak ada yang bisa menggantikan kenyataan. Datang dan membangun di tempat bersejarah nan legendaris, Istana Cleopatra lebih mendebarkan daripada membangun di tempat lain.

"Tempat-tempat otentik seperti ini memberikan dampak lain lebih kuat di luar dari yang bisa dibayangkan," jelasnya.

Rougerie sendiri memiliki patung favorit, yakni patung Dewi Hitam. Menurutnya, patung tersebut sangat indah dengan jubah sensual yang terlampir di tubuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com