Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prospek Bisnis Properti 2016 di Mata Pengembang

Kompas.com - 02/01/2016, 09:29 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2016 ini diyakini sebagai momentum tinggal landas buat bisnis properti. (Baca: 2016, Sektor Properti Bangkit)

Beberapa pengembang menghadapinya dengan optimistis dan sejumlah strategi. Bahkan, ada di antaranya berani melansir proyek-proyek baru. 

Tak main-main, proyek baru tersebut berukuran jumbo dengan estimasi invenstasi ratusan miliar hingga triliunan rupiah. (Baca: Sambut Tahun Api, Sinarmas Land Siapkan Proyek Besar)

Sementara pengembang lainnya lebih menerapkan strategi merambah segmen pasar baru menengah ke bawah, dari sebelumnya menggarap pasar menengah atas.

Alasannya, pasar kelas ini tidak terlalu sensitif terhadap isu makro ekonomi. Pasar kelas ini secara fundamental merupakan betul-betul end user atau owner occupier.

www.shutterstock.com Ilustrasi.
Berikut prospek bisnis properti Tahun Monyet Api di mata para pengembang:

Direktur Utama PT Ciputra Surya Tbk, Harun Hajadi

Tahun ini seharusnya lebih baik ketimbang tahun 2015. Pemerintah sudah sejumlah menerbitkan paket kebijakan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi dan juga properti.

Selain itu, alokasi dana infrastruktur yang ditingkatkan, juga memungkinkan pembangunan fisik untuk konektivitas antar-wilayah dipercepat.

"Masak, pemerintah sudah mengeluarkan segitu banyak paket, gak ada yang mengena," ujar Harun kepada Kompas.com, Kamis (31/12/2015).

Harun menambahkan, bisnis properti akan bangkit dari keterpurukan jika suku bunga tidak naik, likuiditas kredit perumahan rakyat (KPR) teerjamin, dan tidak ada tambahan aturan yang tidak karuan. 

"Jangan ada batasan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Itu yang penting. Loan to Value (LTV) yang dinaikkan sudah bagus sekali," ucap Harun.

Baginya, hal tersebut cukup untuk menciptakan kondisi bisnis properti tahun 2016 lebih baik dibanding tahun lalu.

PT Ciputra Surya Tbk akan melakukan proyeksi bisnis pada tanggal 29 Januari mendatang.

www.shutterstock.com Ilustrasi.

Managing Director Corporate Strategy & Services Sinarmas Land Ishak Chandra

Menurut Ishak, kelangsungan bisnis properti tahun ini meski bakal lebih baik dari tahun 2015, namun akan sangat bergantung pada insentif pemerintah.

"Insentif dari pemerintah akan menjadi pemantik atau trigger bagi pemulihan bisnis properti di Indonesia," tutur Ishak.

Sinarmas Land telah menyiapkan rencana strategis untuk merealisasikan sejumlah proyek raksasa di Jadebotabek, dan beberapa kota di Indonesia seperti Surabaya, Balikpapan, Batam, dan Makassar.

Dalam waktu dekat mereka akan merilis secara resmi proyek apartemen Aerium Residence di Puri Kembangan, Jakarta Barat, dan mixed use development di Jakarta Selatan.

www.shutterstock.com Ilustrasi

Direktur PT Ciputra Property Tbk Artadinata Djangkar

Artadina Djangkar mengatakan, PT Ciputra Property Tbk akan memulai perhatian pada kelas pasar menengah ke bawah tahun ini dengan merilis produk seharga Rp 16 juta hingga Rp 20 juta per meter persegi. 

Berubahnya fokus garapan perseroan dari segmen pasar kelas atas ke kelas menengah bawah, kata Arta, karena tidak terlalu sensitif terhadap isu makro ekonomi.

"Kelas ini juga secara fundamental merupakan owner occupier," imbuhnya.

Sementara segmen pasar yang lebih atas merupakan pembeli yang tidak merasa "harus" membeli karena mereka sudah memiliki properti.

Jadi, segmen pasar ini paling sensitif terhadap isu makro ekonomi, politik, keebijakan, dan sebagainya. 

"Saya rasa, biarpun tahun ini ada perbaikan, masih akan ada isu-isu makro seperti itu. Dan yang paling sensitif adalah kelas atas," pungkas Arta.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau