Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dia Lokasi Paling "Hot" untuk Investasi

Kompas.com - 14/12/2015, 21:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda memprediksi kawasan-kawasan panas (hot) sebagai destinasi investasi yang paling diburu tahun depan.

Wilayah Indonesia Timur akan muncul sebagai kuda hitam, menyaingi wilayah Indonesia Barat. Kawasan-kawasan tersebut adalah Balikpapan, Samarinda, Makassar, Ambon, Manado, Kupang, dan Mataram.

Sementara di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadebotabek), pengembang akan menggeser fokusnya ke Koridor Timur. Salah satu lokasinya adalah Bekasi.

Di kawasan ini, harga tanah masih relatif lebih kompetitif yakni sekitar Rp 3 juta hingga Rp 9 juta per meter persegi. Dengan kisaran harga sebesar ini, masih punya peluang besar untuk tumbuh.

"Bekasi bakal menjadi hotspot karena punya banyak akses menuju ke sana. Ada Tol Cakung-Cilincing dari Tanjung Priok, Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), Tol Cimanggis-Cibitung, dan rel kereta," papar Ali kepada Kompas.com, pekan lalu.

Selain Bekasi dan wilayah lainnya di Koridor Timur, Ali meyakini kawasan Sentul, Bogor juga akan menjadi titik panas pembangunan dan wilayah ekspansi pengembang pada 2016.

Sementara Serpong, BSD City, dan Alam Sutera tak lagi menjadi sasaran utama karena harganya sudah terlampau mahal.

Sebagai informasi, kini harga tanah di Serpong dan sekitarnya berada pada kisaran angka Rp 17 juta hingga Rp 24 juta per meter persegi.


Kelas menengah

Selain kawasan "hot", tahun depan juga diprediksi merupakan kebangkitan bisnis properti. Segmen menengah masih menjadi sasaran primadona pengembang dan investor properti.

Segmen menengah yang dimaksud adalah mereka dengan kemampuan daya beli rumah atau apartemen seharga Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar.

www.shutterstock.com Ilustrasi.
"Tahun 2016 nanti banyak kelas menengah, seharga Rp 500 juta sampai Rp 1 Miliar itu untuk landed house, dan harga Rp 300 juta sampai Rp 500 juta untuk apartemen," kata Ali.

Meski begitu, Ali meragukan pengembang bakal masuk ke ceruk pasar ini. Jikapun iya, maka hal itu terjadi dengan terpaksa akibat baru menyadari betapa besar pasarnya.

Ceruk pasar rumah menengah ke bawah memang cukup besar. Cushman & Wakefield Indonesia melansir, dari segi komposisi penjualan, rumah untuk segmen kelas menengah bawah membukukan lonjakan signifikan yakni 37 persen pada tahun ini dari sebelumnya hanya 6 persen pada tahun lalu.

Sedangkan untuk segmen menengah, komposisinya relatif stabil dengan menginjak angka 35 persen dari total penjualan.

Ali menyarankan para pengembang untuk memperluas proyek bagi segmen menengah ke bawah.

"Pengembang sudah tahu bahwa pasar gemuk itu ada di kisaran harga Rp 300 juta-Rp 1 miliar. Jadi celah itu yang mestinya dimasuki oleh pengembang, sekarang banyak pengembang yang melakukan resizing harga rumah," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau