Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertambahan Cuma 2 Persen, Realistiskah Program 100-0-100?

Kompas.com - 23/12/2015, 18:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengklaim beberapa pencapaian sepanjang tahun 2015 ini.

Namun, program 100-0-100 yang masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 3 tahun 2014-2019 masih akan menjadi prioritas pada 2016.

Progres program 100-0-100 saat ini sudah 72 persen untuk fasilitas air minum dan sanitasi serta drainase baru 1,6 persen. Pertambahannya hanya 2 persen per tahun.

"Karena itu, Cipta Karya masih fokus pada program 100-0-100 sampai akhir tahun 2019 untuk sanitasi dan air minum," ucap Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Andreas Suhono, di Jakarta, Selasa (22/12/2015).

Demi mendukung itu, Andreas menegaskan akan membangun Sarana Penyedia Air Minum (SPAM) Regional di beberapa daerah perkotaan yang air minumnya sulit dikelola oleh PDAM.

Saat ini, Ditjen Cipta Karya telah membangun 4 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional, termasuk SPAM Kartamantul yang baru dibangun Sabtu (19/12/2015) lalu.

"Tahap 1 SPAM Yogyakarta, Sleman, dan Bantul sudah dikerjakan yang mampu menyediakan air minum 200 liter per detik. Nantinya akan ada tiga tahap pembangunan dan bisa menyediakan hingga 700 liter per detik," jelas Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, Selasa (22/12/2015).

Thinkstock Ilustrasi sampah
Permasalahan sanitasi juga menjadi hal yang menjadi perhatian Ditjen Cipta Karya dalam kaitannya dengan realisasi program 100-0-100.

Sampah

"Untuk masalah sanitasi utamanya adalah pengurangan sampah di sumbernya atau TPA. Contohnya di Jakarta yang berkontribusi terhadap 6.000 ton sampah di Bantar Gebang, padahal kapasitasnya hanya 2.000 ton," jelas Andreas.

Andreas mengakui infrastruktur sampah baru terbangun 56 persen. Ia berharap dalam empat tahun ke depan semuanya bisa selesai.

Dia pun membuat tiga strategi untuk menangani masalah sampah ini. Pertama dengan membangun sistem pengelolaan sampah mulai dari sumber sampah hingga ke TPA.

KOMPAS / LUCKY PRANSISKA Anak kecil bermain di tempat pembuangan akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (19/10/2010). Tumpukan sampah yang masuk TPA termasuk sampah dari DKI Jakarta sebanyak 6.000 ton per hari
"Kedua mendorong pemda dan pemkot serta stakeholder terkait sampah untuk bisa mengurangi dan mengatur pengelolaannya," imbuhnya.

Ketiga, lanjut Andreas, dengan melakukan pemberdayaan masyarakat tentang sampah. Mulai dari membuang sampah di tempatnya hingga pengelolaannya menjadi barang-barang berguna.

Sementara itu beberapa kawasan kumuh juga sudah disentuh oleh Ditjen Cipta Karya, namun angkanya masih jauh dari banyaknya jumlah kawasan kumuh di perkotaan.

"Kawasan kumuh perkotaan ada 38.000 hektar dan yang sudah ditangani sekarang baru 1.307 hektar karena kebutuhan dananya luar biasa banyak dan butuh kerjasama banyak pihak," jelas Andreas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com