Proposal Hadid sendiri dianggap beberapa arsitek Jepang, termasuk Kuma terlalu besar dan mahal.
"Perlakuan mereka sangat mengejutkan padahal perusahaan desain Jepang dikenal sangat menghormati siapa pun yang bekerja dengannya, bukan tentang desain atau anggaran," keluh Hadid.
Hadid menambahkan, desain yang dipilih sekarang merupakan apa yang dua tahun lalu ia kerjakan bersama timnya. Baik dari desain maupun anggaran memiliki kesamaan luar biasa.
Hadid diketahui memenangi kompetisi desain stadion pada November 2012. Setelah itu, desainnya mendapat banyak serangan terkait skalanya yang terlalu besar dari arsitek lokal Jepang seperti Toyo Ito, Sou Fujimoto, dan Riken Yamamoto.
Pada akhirnya desain Hadid ditolak karena dianggap terlalu memakan banyak biaya. Terkait hal itu, Hadid mengatakan mahalnya biaya pembangunan rancangannya disebabkan adanya kenaikan biaya 25 persen di pasar kontruksi Tokyo.
Anggapan besarnya biaya itu diyakini Hadid sebagai salah satu alasan untuk menggantikan posisinya oleh arsitek Jepang.
"Mereka tidak ingin orang asing membangun Stadion Nasional di Tokyo," tambahnya.
Dia pun menjuluki arsitek lokal yang menentang desainnya sebagai kelompok hipokrit atau orang-orang munafik.
"Pengerjaan sudah bisa dilakukan jika tim desain asli mampu mengembangkan desain asli milikku ini dan menghindari kenaikan biaya keterlambatan 18 bulan yang berisiko mampu membuat stadion tidak siap pada waktunya," ujarnya.
Biaya pembangunan stadion awalnya 130 miliar yen atau setara dengan Rp 14,6 triliun, namun meningkat menjadi 252 miliar yen atau lebih dari Rp 28 triliun.
Desain milik Kuma sendiri diperkirakan memakan biaya sebesar 155 miliar yen atau setara dengan Rp 17,4 triliun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.