Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zaha Hadid Tuding Arsitek Jepang Munafik!

Kompas.com - 23/12/2015, 17:00 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

Sumber Dezeen

KOMPAS.com - Terpilihnya rancangan arsitek lokal Jepang, Kengo Kuma sebagai pemenang desain Stadion Nasional Olimpiade Tokyo 2020 membuat Zaha Hadid meradang.

Betapa tidak, arsitek blasteran Inggris-Irak itu menilai desain Kuma memiliki kesamaan dengan desain miliknya yang ditolak Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, Juli lalu.

Hadid pun menuduh pemerintah dan arsitek Jepang berkolusi untuk mengambil alih proyek pembangunan Stadion Nasional Tokyo.

"Diva" arsitek ini merasa diperlakukan tidak adil mengingat dirinya merupakan pemenang kompetisi desain stadion yang diselenggarakan dua tahun silam.

"Sayangnya pemerintah Jepang dan beberapa orang dari profesi yang sama dengan saya dari Jepang telah berkolusi untuk menutup pintu proyek pembangunan stadion dari mata dunia," kata Hadid.

Seperti diketahui, Dewan Olahraga Jepang telah mengumumkan desain Kengo Kuma akan digunakan untuk membangun Stadion Nasional Tokyo, Selasa (22/12/2015). (Baca: Jepang Resmi Pilih Karya Arsitek Lokal)

Stadion yang dibangun di Yoyogi Park itu akan menjadi tuan rumah pembukaan dan penutupan Olimpiade 2020 serta menjadi arena pagelaran atletik, sepakbola, dan rugby.

Hadid mengklaim desain Kuma memiliki kesamaan bentuk dan rancangan dengan proposal miliknya.

Proposal Hadid sendiri dianggap beberapa arsitek Jepang, termasuk Kuma terlalu besar dan mahal.

Hadid mengklaim bahwa desain Kuma memiliki kesamaan bentuk dan rancangan dengan proposal miliknya.

"Perlakuan mereka sangat mengejutkan padahal perusahaan desain Jepang dikenal sangat menghormati siapa pun yang bekerja dengannya, bukan tentang desain atau anggaran," keluh Hadid.

Hadid menambahkan, desain yang dipilih sekarang merupakan apa yang dua tahun lalu ia kerjakan bersama timnya. Baik dari desain maupun anggaran memiliki kesamaan luar biasa.

Hadid diketahui memenangi kompetisi desain stadion pada November 2012. Setelah itu, desainnya mendapat banyak serangan terkait skalanya yang terlalu besar dari arsitek lokal Jepang seperti Toyo Ito, Sou Fujimoto, dan Riken Yamamoto.

Pada akhirnya desain Hadid ditolak karena dianggap terlalu memakan banyak biaya. Terkait hal itu, Hadid mengatakan mahalnya biaya pembangunan rancangannya disebabkan adanya kenaikan biaya 25 persen di pasar kontruksi Tokyo.

Anggapan besarnya biaya itu diyakini Hadid sebagai salah satu alasan untuk menggantikan posisinya oleh arsitek Jepang.

"Mereka tidak ingin orang asing membangun Stadion Nasional di Tokyo," tambahnya.

Dia pun menjuluki arsitek lokal yang menentang desainnya sebagai kelompok hipokrit atau orang-orang munafik.

Zaha Hadid, seorang arsitek yang lahir di Baghdad pada tahun 1950, menjadi wanita pertama pemenang RIBA Royal Gold Medal.
Pembangunan stadion diperkirakan akan dimulai pada 2017 dan selesai pada November 2019. Tetapi Hadid mengatakan bahwa pembangunan seharusnya sudah bisa dikerjakan jika desain miliknya tidak dibatalkan.

"Pengerjaan sudah bisa dilakukan jika tim desain asli mampu mengembangkan desain asli milikku ini dan menghindari kenaikan biaya keterlambatan 18 bulan yang berisiko mampu membuat stadion tidak siap pada waktunya," ujarnya.

Biaya pembangunan stadion awalnya 130 miliar yen atau setara dengan Rp 14,6 triliun, namun meningkat menjadi 252 miliar yen atau lebih dari Rp 28 triliun.

Desain milik Kuma sendiri diperkirakan memakan biaya sebesar 155 miliar yen atau setara dengan Rp 17,4 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com