"Saya berharap pemegang paten konstruksi ini bisa menggandeng beberapa perencana terkemuka agar konstruksi sarang laba-laba dapat terus dipakai untuk berbagai aplikasi," kata Aziz, Senin (21/12/2015).
Berdasarkan uji teknis yang dilakukan Institut Teknologi Bandung (ITB), konstruksi tersebut sangat kuat, baik untuk bangunan vertikal (bertingkat) atau konstruksi jalan. Aplikasinya masih bisa terus dikembangkan.
Sebagai alternatif penggunaan konstruksi fleksibel dan konstruksi rigid (beton) seperti yang dikenal saat ini, Azis menambahkan, sejauh ini konstruksi laba-laba sudah dimanfaatkan untuk membangun jalan dengan berbagai kondisi tanah.
"Kita tinggal lihat hitung-hitungannya agar lebih efisien, baik itu pekerjaannya maupun usia pakainya nanti," kata Azis.
Perhitungan yang cermat
Sebelumnya, konstruksi yang hak patennya dipegang PT Katama Suryabumi itu lebih banyak dipergunakan untuk bangunan bertingkat, terutama di kawasan rawan gempa. Kalangan perguruan tinggi bahkan telah meneliti pemanfaatan konstruksi ini untuk jalan, terutama di tanah lunak yang kondisi jalannya sering mengalami kerusakan.
Azis mengakui, setiap konstruksi jalan memang harus ada perbaikan pada kondisi tanahnya. Artinya, jika tanahnya lunak, harus ada pengerasan terlebih dahulu sebelum permukaan di atasnya dibangun konstruksi jalan.
Beberapa kasus longsor pada badan jalan, misalnya jalan tol Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat, sebenarnya bisa diatasi dengan penelitian lebih mendalam. Penelitian itu harus lebih fokus pada sifat tanah di daerah tersebut dan konsruksi yang tepat untuk dipergunakan.
"Semua konstruksi jalan dapat dihitung. Kalau tanahnya terlalu lunak misalnya, maka ada biaya-biaya perlu dimasukkan untuk memperkeras tanah tersebut sebelum di atasnya digunakan untuk konstruksi jalan," kata Azis.
Untuk menggantikan konsruksi fleksibel, lanjut Azis, konstruksi sarang laba-laba sebetulnya cocok. Hanya, perhitungannya harus cermat. Dia sendiri sudah melihat penggunaan konstruksi tersebut di sejumlah ruas jalan, antara lain di Dumai, Riau, dan Bojonegoro, Jawa Timur.
"Kondisinya masih bagus sehingga sebenarnya bisa direkomendasikan untuk ruas jalan lainnya," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.