KOMPAS.com - Pakar infrastruktur transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Harun Alrasyid Lubis, mengkritisi pembangunan Kereta Api (KA) Cepat Jakarta-Surabaya yang sudah dimulai, terhitung sejak dikeluarkannya Perpres Nomor 107/2015.
Menurut Harun, dikeluarkannya Perpres ini merupakan pesan bahwa pemerintah sangat serius mempercepat pengadaan beragam infrastruktur untuk mengisi backlog yang menumpuk selama ini dan menopang keberlanjutan pembangunan nasional.
Harun memaparkan, sejatinya ada beragam definisi KA Cepat. Mengutip Organisasi Perkeretaapian Dunia (UIC), KA Cepat dibangun di atas jalur khusus yang dilengkapi dengan teknologi agar dapat berpacu dengan kecepatan sama atau lebih cepat dari 250 kilometer per jam.
"Semua negara berkeinginan memiliki KA Cepat dengan trek dedicated. Namun belum banyak negara yang bisa memiliki," kata Harun.
KA Cepat jarak jauh biasanya perlahan-lahan akan menyerap penumpang angkutan udara yang ada. Di Australia, AS dan Inggris sekalipun, KA Cepat masih menjadi pembahasan publik.
Beberapa jalur mungkin akan segera dimulai di AS. Di Eropa tercatat hanya beberapa negara yang mengoperasikan KA Cepat yakni Perancis, Jerman, Spanyol dan Italia.
Mimpi Uni Eropa untuk memiliki jaringan rel KA Cepat Trans-Eropa, telah ditetapkan oleh Council Directive 2001/16/EC sejak 19 Maret 2001.
Tulisan ini merupakan yang terakhir dari tiga bagian:
==========================================================
Di Asia, Jepang merupakan negara pertama yang mengoperasikan KA Cepat. Kemudian Korea Selatan, Taiwan dan China.
Jepang termasuk yang menikmati kondisi blessing in disguise, karena mereka melakukan over-investasi dan mengoperasikan KA Cepat sejak 50 tahun silam. Ketika itu ide pengembangan KA Cepat di Jepang juga penuh dengan kontroversi politis.
Menggunakan KA konvesional dari Tokyo ke Osaka memakan waktu 6 jam dan 40 menit. Dengan Shinkansen berkurang menjadi 4 jam, dan tercatat lebih singkat lagi yakni 3 jam dan 10 menit pada tahun 1965.
KA Cepat yang menghubungkan dua kota terbesar di Jepang ini kemudian mampu mengubah gaya bisnis dan kehidupan masyarakat secara signifikan.
Lalu lintas menjadi longgar, permintaan perjalaan di semua moda lain yang sudah ada juga semakin meningkat.