JAKARTA, KOMPAS.com - Perluasan dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar yang terus digenjot akhir-akhir ini, memberikan dampak positif pada perkembangan perkotaan di seluruh Indonesia.
Menurut hasil riset Knight Frank, selain Jakarta dan Surabaya yang memang merupakan rumah bagi pertumbuhan seluruh jenis sub-sektor properti, terdapat sebelas lainnya yang tak kalah bertumbuh.
Kota tersebut adalah Medan di Sumatera Utara, Balikpapan (Kalimantan Timur), Batam (Kepulauan Riau), Bandung (Jawa Barat), Bali, Makassar (Sulawesi Selatan), Yogyakarta, Palembang (Sumatera Selatan), Pekanbaru (Riau), Manado (Sulawesi Utara), dan Lombok (Nusa Tenggara Barat).
Dari total sebelas kota yang bertumbuh tersebut, tiga di antaranya merupakan kota yang memiliki potensi besar menjadi pusat pertumbuhan masing-masing kawasan. Ketiganya juga 'surga' bagi pertumbuhan empat sub-sektor properti komersial untuk berkembang pesat. Ketiganya yakni Medan yang mengendalikan wilayah Sumatera, Balikpapan untuk area Kalimantan, dan Batam untuk Kepulauan Riau.
Medan dinilai pesat pertumbuhannya karena memiliki basis ekonomi perdagangan dan jasa yang secara tradisional sangat kuat dan mengurat akar sejak dulu hingga sekarang. Posisinya pun strategis, menghadap Selat Malaka, dekat dengan Malaysia, dan Singapura.
Mengacu pada survei properti komersial Bank Indonesia atas sub-sektor pusat belanja, apartemen sewa, hotel, dan kawasan industri di Medan mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Untuk pusat belanja, per kuartal II-2015 terdapat 361.031 meter persegi pusat belanja sewa dengan tingkat hunian 91,45 persen.
Tingginya tingkat hunian ini mengakibatkan tarif sewa meroket 11,79 persen menjadi Rp 418.406 per meter persegi per bulan.
Demikian halnya dengan sub-sektor apartemen yang mencatat tingkat hunian 72,64 persen atau tumbuh 7,46 persen dari total 5.522 unit. Adapun tarif sewa apartemen di Medan adalah Rp 26,9 juta per bulan.
Di Batam, pusat belanja memperlihatkan tingkat hunian 89,64 persen dari total luas 292.630 meter persegi. Tingkat sewa rerata berada pada level Rp 488.538 per meter persegi per bulan.
Sub-sektor hotel juga memperlihatkan kinerja positif yakni 53,08 persen dari total 1.712 kamar. Tarif sewanya mencapai rerata Rp 2,9 juta per malam. Sedangkan untuk apartemennya yang masuk pasar sebanyak 782 unit dengan posisi tingkat hunian 65,71 persen, dan tarif sewa rerata Rp 22,5 juta per meter per meter persegi per bulan.