JAKARTA, KOMPAS.com - Desain berpikir atau design thinking adalah cara berpikir desainer untuk menghadapi dampak negatif interior terhadap penghuni di dalamnya. Seringkali, penghuni merasa ruangannya, baik kantor maupun rumah, kurang menarik atau membosankan.
Ketua Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) Pusat Francis Surjaseputra menjelaskan, dengan desain berpikir, penghuni bisa menjadi lebih nyaman di dalamnya.
"Design solution itu, lebih dalam prosesnya. Design thinking mendalami cara berpikir konsumen dan orientasi kinerja atau performance oriented," ujar Francis kepada Kompas.com, Kamis (1/10/2015).
Francis mencontohkan, ada pengelola bank yang merasa desain ruangannya sudah ketinggalan zaman, karena membangunnya berdasar pada brand image 1980-an. Meski demikian, kata Francis, tidak bisa semata-mata langsung mengubah desain dengan model terkini.
Pasalnya, desain ini hanya memberikan bank rancangan yang terlihat baru namun sifatnya sementara. Menurut Francis, desainer harus berpikir lebih dalam lagi, yakni dari sisi konsumen. Misalnya, kenapa konsumen lebih memilih bank lain. Selain desain kuno, bisa saja karena konsumen merasa pelayanan bank terlalu pelan dan santai.
"Lalu pengelola bilang kalau kota ini rileks, tidak bisa terburu-buru. Bagaimana solusinya? Kasih fasilitas tambahan, misalnya kafe. Design thinking-nya adalah kafe di dalam bank," kata Francis.
Dia menambahkan, desain berpikir juga bisa membuat penghuni lebih sehat. Penyebabnya, desainer bisa menambahkan elemen psikologi yang lebih tenang di dalam rumah. Karena, bicara tentang desain tidak terlepas dari kebutuhan manusia terhadap ruang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.