Menurut Tadashi, pasar Bekasi sangat menjanjikan karena menawarkan potensi yang tidak didapatkan kawasan lainnya. Jumlah populasinya sekitar 2,5 juta jiwa atau terpadat keempat setelah Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Komposisi penduduk usia produktif pun tak kalah banyak.
Bekasi juga terhitung strategis, diapit Jakarta sebagai ibu kota negara, dan Karawang sebagai sentra industri nasional. Banyak industri dan pabrik di Karawang, Cikarang, dan Purwakarta yang mempekerjakan para ekspatriat, dan karyawan dengan pendapatan cukup untuk membeli hunian kelas menengah ke atas.
"Selain itu, Bekasi juga mudah diakses dari Tol Dalam Kota Jakarta, Jalan Lingkar Luar atau Jakarta Outer Ring Road (JORR) serta terkoneksi jalur kereta Commuter Line. Ini merupakan nilai tambah, dan menjadi incaran para calon konsumen pembeli rumah," urai Tadashi yang menerima jurnalis Hilda B Alexander dan Ari Prasetyo dari Kompas.com secara khusus di Intercontinental Hotel, Jakarta, pada Kamis (6/8/2015).
Apa yang memotivasi Toyota Housing Corporation menggarap pasar Bekasi?
Bekasi adalah kawasan urban yang semakin menjanjikan. Pasar propertinya terhitung sangat besar dengan ceruk pasar luas, mulai dari kelas bawah, menengah bawah, menengah-menengah, dan menengah atas. Jumlah populasi dengan usia muda dan produktif juga sangat banyak.
Posisi Bekasi sangat strategis, diapit Jakarta sebagai ibu kota negara, dan Karawang sebagai sentra industri nasional. Ada banyak pabrik dan industri di sekitar kawasan Bekasi yang tentu saja mendorong meningkatnya permintaan akan properti, terutama hunian.
Mengapa baru sekarang mengambil peran sebagai penyedia properti di Bekasi, saat sesama perusahaan Jepang lainnya sudah lama mendulang keuntungan, macam Sojitz yang berkolaborasi dengan Sinarmas Land atau Marubeni Corporation yang menggandeng Manunggal Group?
Kami merupakan pembangun hunian (home builder). Bukan developer dengan tendensi mengembangkan dan mengelola lahan seperti halnya Marubeni atau Sojitz atau nama-nama sebelum Toyota Housing Corporation.
Sebetulnya, kami sudah hadir di Bekasi sejak lama, saat membangun rumah untuk internal atau karyawan dan manajemen Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Namun, masuk pasar dengan membangun hunian untuk publik sejak 2013 silam.
Menurut kami, masa depan Bekasi akan lebih pesat lagi pertumbuhannya. Permintaan hunian semakin menguat seiring volume foreign direct investment (FDI) di sektor industri dan agenda pemerintah yang menggenjot infrastruktur. Bekasi diuntungkan karena kawasan sekitarnya sarat dengan pabrik, dan industri.
Portofolio properti perdana Toyota Housing Corporation adalah Axia South Cikarang yang merupakan apartemen servis. Untuk membangun properti senilai 300 juta dollar AS tersebut, Toyota, melalui anak usahanya, PT Toyota Housing Indonesia (THI), berkolaborasi dengan Tokyu Land dan PT Lippo Karawaci Tbk.
Adapun proyek kedua yang sedang mereka garap saat ini adalah perumahan tapak (landed residential) bertajuk Toyota Housing Model sebanyak 114 unit dengan lahan seluas 1,5 hektar di area pengembangan Sakura Regency 3, Bekasi. Sekadar informasi, Sakura Regency 3 dibesut KSO PT Tokyu Land Indonesia, dan PT Hatmohadji dan Kawan (Haka).
Mereka (Tokyu Land) punya pengalaman lebih banyak dari kami. Sementara Haka adalah pengembang lokal yang memahami pasar properti di Bekasi, potensi pasarnya, proses perizinannya atau aspek legalnya, serta pengelolaan lahannya. Lagipula aset lahan mereka ada di Bekasi yang kami bidik sebagai wilayah garapan.
Adakah kesulitan yang ditemui saat Toyota Housing Corporation memulai proyek hunian tapak perdana di Bekasi?
(Menghela nafas). Kesulitan tidak ada. Kami datang ke Indonesia untuk mentransfer teknologi konstruksi yang kami punya. Hanya, ketika akan memulainya kami dihadapkan pada peraturan mengenai penggunaan tenaga kerja asing (TKA) berbanding tenaga kerja Indonesia (TKI) yang sebelumnya 1:5, menjadi 1:10.
Dengan aturan seperti itu, bagaimana kami bisa mentransfer teknologi? Padahal kami ingin membawa para ahli konstruksi dari Jepang sebanyak mungkin agar transfer teknologi berlangsung lebih cepat.
Sementara mengenai aspek perizinan, kami sebagai perusahaan asing, tetap akan memegang komitmen untuk memenuhi semuanya. Kami harus tahu diri, karena kami berbisnis di luar Jepang.
Bagaimana kinerja properti perdana Axia South Cikarang?
Saat ini, tingkat hunian Axia South Cikarang sudah mencapai 94 persen. Ini juga merupakan bukti bahwa pasar Bekasi sangat potensial. Perlu dicatat, Axia South Cikarang merupakan apartemen servis pertama yang ada di wilayah ini.
Para penyewa didominasi pekerja asing, selain dari Jepang, juga Tiongkok, Korea Selatan, dan pasar lokal sendiri, terutama manajer level menengah (middle level manager).
Sementara, dalam menggarap perumahan Toyota Housing Model, THI menyiapkan dana senilai Rp 35 miliar di luar nilai akuisisi lahan. Ada pun harga yang dipatok sekitar Rp 1,5 miliar hingga Rp 1,7 miliar dengan unit tipikal 132/112 meter persegi
Baca juga: Tawarkan Teknologi, Raksasa Jepang Perkuat Eksistensi di Bekasi