Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lonjakan Barang Konsumsi Katrol Permintaan Logistik

Kompas.com - 21/07/2015, 22:22 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbeda dengan sektor hunian, dan pusat belanja, sektor logistik relatif masih belum matang. Namun demikian, sektor ini menawarkan peluang yang menarik mengingat pertumbuhan ekonomi yang solid, peningkatan populasi kelas menengah, biaya buruh kompetitif, dan pengembalian investasi yang menjanjikan.

Hanya, minimnya kondisi infrastruktur yang berkualitas masih menjadi faktor penghambat utama bagi Indonesia, khususnya Jakarta untuk maju, dan berkembang lebih pesat.

Padahal, menurut riset JLL Asia Pasifik, permintaan barang konsumsi melonjak seiring solidnya pertumbuhan ekonomi, derasnya arus urbanisasi, dan meningkatnya level kekayaan kalangan masyarakat menengah.

Saat ini, lebih dari separuh populasi Indonesia dari total 250 juta jiwa hidup di kota-kota. Jumlah ini bakal membengkak 57 persen pada tahun 2020. Kelas menengah diproyeksikan hampir dua kali lipat yang dihitung sejak 2015 hingga 2020, menjadi 80 juta orang.

"Dengan pasar konsumen yang berkembang demikian dinamis, volume yang lebih besar dari barang konsumsi bakal didistribusikan ke seantero negeri. Selain volume barang, juga peningkatan jumlah merek internasional, dan fasilitas produksi yang ikut terdongkrak," tulis JLL.

Hal tersebut berdampak pada peningkatan pesat dalam permintaan untuk layanan distribusi dan logistik dari para produsen lokal, dan asing. Termasuk logistik dari perusahaan atau pihak ketiga.

Sayangnya, pasokan fasilitas logistik yang ada sangat terbatas. Sehingga mendorong investor, dan perusahaan ketiga memilih untuk membangun sendiri kawasan industri dan pergudangan. Fenomena ini sudah terjadi di wilayah Jadebotabek.

Sementara investor lainnya memilih mencari peluang di luar kota macam Semarang, Surabaya, Medan, dan kota-kota sekunder lainnya. Meskipun tidak semapan, Jakarta, namun kota-kota sekunder tersebut menantang investor untuk mencetak peluang yang lebih baik.

Aktivitas pencarian dan pengembangan kawasan industri ini secara langsung mengatrol harga tanah. Di kawasan industri sekitar Jadebotabek, harga tanah aktual sudah mencapai rerata Rp 2,25 juta per meter persegi.

Bangun KI

Karena itulah beberapa investor asing memilih membangun kawasan industri dengan menggandeng mitra lokal strategis. Apa yang dilakukan investor dan raksasa perdagangan asal Jepang, Mitsui & Co Ltd bersama Ticon Industrial Connection asal Thailand yang menggandeng PT Surya Semesta Internusa Tbk adalah sebuah preseden nyata.

Ketiganya berkolaborasi mengembangkan 146.000 meter persegi kawasan industri yang dilengkapi peergudangan, pabrik, dan bangunan komersial di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Sementara Kerry Logistics tak mau kalah. Perusahaan yang bergerak di bidang layanan logistik dan berkantor pusat di Hongkong, baru-baru ini menggaet perusahaan sejenis terbesar di Indonesia, Puninar Logistics. Keduanya membangun fasilitas pergudangan.

"Mereka tertarik membangun fasilitas logistik dan kawasan industri karena pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo memprioritaskan sejumlah reformasi termasuk perbaikan dalam infrastruktur dan sistem transportasi. Jika ini berhasil, secara signifikan akan meningkatkan daya tarik Indonesia di mata investor logistik asing," tandas JLL.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau