Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membaca Prospek Bisnis Hunian Jakarta Saat Pasar Nirbatas Diberlakukan

Kompas.com - 21/07/2015, 13:05 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sektor residensial Indonesia, khususnya Jakarta, secara fundamental didorong oleh jumlah populasi dan pertumbuhan pendapatan. Dengan ekspansi ekonomi yang berkelanjutan selama beberapa tahun terakhir, kelas menengah yang tumbuh bersama pendapatan rumah tangga, serta urbanisasi, membuat permintaan hunian kian menguat.

Bagaimana kemudian prospek bisnis residensial di Indonesia, dan Jakarta, pada semester kedua 2015 saat pasar nirbatas Asia Tenggara diberlakukan?

Menurut JLL Asia Pasifik, Indonesia punya modal sebagai pasar besar yang akan menstimulasi bisnis perumahan semakin bergerak dinamis. Jumlah penduduk sebanyak 250 juta jiwa saat ini, diperkirakan akan bertambah lebih dari 3 juta per tahun sejak 2015 hingga 2020 mendatang.

Mengutip World Economic Forum, tak hanya jumlah populasi yang demikian potensial, melainkan juga kelas menengah yang saat ini berjumlah 45 juta juga diprediksi bakal membengkak 7 juta per tahun sehingga akan mencapai 80 juta pada tahun 2020 nanti. 

"Kurangnya pasokan hunian selama dua tahun berikutnya serta laju urbanisasi yang kian meningkat, dibanding pertumbuhan permintaan, kami anggap sebagai modal dan keuntungan buat pasar perumahan," tulis JLL.

Dalam catatan JLL, ekuilibrium hunian belum tercipta saat ini. Pasalnya, pasokan hunian yang tersedia di pasar hanya sekitar 100.000 unit apartemen. Sebanyak 60.000 unit di antaranya dalam tahap konstruksi dan sudah 80 persen terjual. 

Mengapa apartemen menjadi patokan dinamika pasar residensial?

Karena harga tanah perumahan di Jakarta sudah sangat selangit, meroket 300 persen dalam empat tahun terakhir. Hal ini memaksa pembeli rumah pertama berpaling ke apartemen. Terang saja, fenomena tersebut dianggap sebagai stimulus yang kuat mendorong pengembang dan investor baik lokal, dan asing, membangun lebih banyak lagi apartemen.

Sebut saja pengembang yang berbasis di Singapura, CapitaLand Group. Mereka menggandeng Credo Group, konglomerat lokal, bersama mengembangkan proyek hunian yang terintegrasi dengan perkantoran, dan pusat belanja di Jakarta Pusat.

Menyusul berikutnya Keppel Land. Tak tanggung-tanggung, raksasa properti berbasis di Singapura ini membenamkan dana senilai Rp 2,6 triliun untuk mengembangkan West Vista di Jl Lingkar Luar Barat, Cengkareng, kawasan barat Jakarta.

Dana sebesar itu, di luar anggaran Rp 381,5 miliar akuisisi lahan seluas 3 hektar pada Januari 2014, akan dimanfaatkan untuk merealisasikan konstruksi apartemen sebanyak 2.855 unit dalam bangunan dua menara. 

Nah, kalau asing saja sudah berani masuk, boleh dikatakan pasar residensial Jakarta sangat menjanjikan, terkonfirmasi dengan sendirinya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau