Menurut Direktur Utama PT Waskita Toll Road (anak usaha PT Waskita Karya Tbk) Herwidiakto, pembangunan terhambat oleh enam bidang lahan yang belum dibebaskan.
"Enam bidang lahan tersebut berada di Desa Rancawulu, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes. Seharusnya Tim Pembebas Tanah (TPT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membebaskan lahan secara konsinyasi biar lebih cepat," tutur Herwidiakto kepada Kompas.com, Senin (13/7/2015).
Salah satu dari enam bidang lahan dimaksud merupakan milik Darsiti binti Umar. Perempuan ini mempunyai hak atas lahan seluas 721 meter persegi beserta empat bangunan di atasnya lengkap dengan sertifikat hak milik (SHM).
Tanah Darsiti berada di wilayah RT 03 RW 1 Desa Rancawulu, Kecamatan Bulakamba, Brebes Timur, Kabupaten Brebes. Lokasinya persis berada di tengah-tengah lintasan Tol Pejagan-Brebes Timur.
"Itu pertemuan pertama staf Pemkab Brebes dengan warga Rancawulu. Tapi, saya tidak mau dengan tawaran itu karena terlalu murah. Padahal, tanah saya ada di pinggir jalan," beber Darsiti.
Gagal mencapai kesepakatan pada pertemuan pertama, pertemuan kedua pun digelar. Namun, Darsiti tak kunjung mau melepas lahannya karena harga penawaran dari Sularto dinilai terlalu rendah, yakni Rp 165.000 per meter persegi, hingga pertemuan terakhir naik menjadi Rp 595.000 per meter persegi.
Meski penawaran terus naik, nilainya masih di bawah harga yang dipatok Darsiti, yakni Rp 1,5 juta per meter persegi. Dengan memperhitungkan kenaikan nilai komersial pasca-penggarapan Tol Pejagan-Brebes Timur, Darsiti pun meningkatkan penawaran menjadi Rp 2 juta per meter persegi.
"Sampai saat ini saya tetap mempertahankan tanah dan bangunan di atasnya. Saya punya komitmen dan konsisten mempertahankan harga segitu. Kalau mau silakan diambil, kalau tidak ya monggo. Saya masih punya usaha kok. Silakan saja melewati rumah saya," tandas Darsiti.
Dalam pantauan Kompas.com, tanah dan rumah Darsiti sudah dikelilingi jalan yang sudah diperkeras. Bahkan, di sebelah timur rumah Darsiti telah berdiri beton penyangga jembatan Tol Pejagan-Brebes Timur.
Terhadap hal ini, Darsiti pun tak mau ambil pusing. Menurut dia, silakan saja PT Waksita Toll Road membangun, tetapi dia tetap tidak akan melepaskan haknya begitu saja.
"Sampai saat ini, saya belum mengubah pendirian sejak sembilan tahun lalu, yakni Rp 1,5 juta per meter persegi. Saya tak mau muluk-muluk, saya ingin hak saya dihargai karena tanah dan bangunannya masing-masing sudah dilengkapi SHM," tutup Darsiti.
Tol ini terdiri dari empat seksi, yaitu Seksi I Pejagan-Brebes Barat sepanjang 14,20 kilometer, Seksi II Brebes Barat-Brebes Timur sepanjang 6,00 kilometer, Seksi III Brebes Timur-Tegal Timur sepanjang 10,40 kilometer, dan Seksi IV Tegal Timur-Pemalang sepanjang 26,90 kilemeter.
Herwidiakto optimistis bahwa pembangunan akan berjalan sesuai jadwal. Bahkan, dia menargetkan rampung pada Agustus 2016. Proyek akan dikebut dan diharapkan dua atau tiga bulan sebelum Lebaran tahun depan Tol Pejagan-Brebes Timur rampung.
"Kami akan melakukan percepatan pembangunan tol sesuai dengan target-target yang telah ditetapkan. Percepatan tersebut melalui upaya-upaya seperti penambahan group (tenaga kerja)," ujar Herwidiakto.
Berikut video perjalanan tim Kompas.com menyusuri Tol Darurat Pejagan-Brebes Timur: