"Indonesia punya kendala fundamental berupa kondisi infrastruktur dan fasilitas pendukung yang masih jauh dari kata kondusif," ujar Tanto kepada Kompas.com, Rabu (1/7/2015).
Tanto pun kemudian mengimbau para pihak terkait agar jangan terlalu optimistis bahwa dengan dibukanya kemungkinan pemilikan asing atas properti di Indonesia akan membuat pasar bergairah.
Motif orang Indonesia untuk membeli properti di Australia atau Singapura adalah investasi dengan keuntungan yang tinggi dan untuk tinggal karena bekerja di sana atau untuk akomodasi anak-anak mereka yang sekolah di sana.
Sebaliknya, orang asing yang membeli properti di Indonesia motifnya lebih kepada bisnis atau pekerjaan. Dua motif ini, kata Tanto, sangat tergantung pada situasi ekonomi yang kondusif. Hal ini bisa terlihat dengan mudah dari foreign direct investment (FDI). Jika FDI besar berarti negara ini menarik bagi investor asing, demikian sebaliknya.
"Nah inilah yang menjadi harapan pengusaha properti Indonesia khususnya yang berada di kelas menengah atas agar pemerintah Indonesia bisa secara konsisten menciptakan situasi ekonomi yang menarik," tambah Tanto.
Singapura bisa menjadi contoh mengenai fluktuasi investasi properti yang sangat menarik. Negara ini mendukung bisnis properti dengan menciptakan fasilitas yang lengkap dan canggih agar investor mau beli properti sehingga devisa masuk melalui penjualan properti.
Di Indonesia akan berbeda kondisinya. Sebab, kontribusi pembeli asing masih sangat kecil dan sangat terbatas untuk pertumbuhan usaha. Sementara Singapura, sebagai destinasi keuangan dan bisnis global menarik banyak ekspatriat untuk tinggal dan bekerja.
Menurut Tanto, yang penting adalah bagaimana Indonesia mampu menggarap pasar besar sebaanyak 250 juta orang. Jika perusahaan properti Singapura, Australia, Inggris, Jepang, dan Kanada saja melakukan pameran dan menganggap pasar Indonesia potensial, mengapa pengembang kita mengharapkan orang asing investasi di sini?
"Kita harus menggarap dulu pasar dalam negeri dengan benar melalui perbaikan infrastruktur, fasilitas, mutu pendidikan, rumah sakit, serta gaya hidup sehingga orang Indonesia tidak perlu beli properti di luar negeri," pungkas Tanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.