Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Terbaik Dunia Mirip Gua

Kompas.com - 21/06/2015, 12:29 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber Dezeen

KOMPAS.com - Masjid dekat Istanbul yang dibangun oleh Emre Arolat Architects ini, menampilkan cor dinding beton dan ruang ibadah seperti gua. Arolat menggunakan kombinasi batu abu-abu terang dan beton bertulang untuk membangun Masjid Sancaklar, yang diatur ke dalam plaza dan terdiri dari teras bertingkat.

Struktur seluas 700 meter persegi ini terletak di Buyukcekmece, di pinggiran Istanbul dan terpisahkan dari lingkungan masyarakat sekitar. Tujuannya, agar masjid ini terjaga keamanannya dari jalan raya yang sibuk.

Perusahaan Turki Emre Arolat Architect menggunakan kombinasi batu abu-abu terang dan beton bertulang untuk membangun Masjid Sancaklar, yang diatur ke dalam plaza dan terdiri dari teras bertingkat.

Struktur tanpa ornamen ini diatur ke dalam lekukan pada lanskap, dengan hanya susunan atap batu dan menara tinggi yang terlihat dari titik-titik tertentu di sekelilingnya.

"Masjid Sancaklar dibangun dengan tujuan untuk mengatasi masalah mendasar dalam merancang masjid dengan berdasarkan bentuk dan berfokus hanya pada esensi ruang ibadah," kata arsitek.

Sebuah setapak berundak dengan profil bulat menciptakan podium untuk pengkhotbah di depan pintu.

Di luar masjid, potongan-potongan batu ditempatkan di medan miring sehingga membuat barisan panjang sebagai setapak yang mengarah ke gedung cekung. Rumput merumbai tumbuh di sekitar batu dan membantu mengintegrasikan antara pagar dan setapak menjadi satu lanskap yang indah.

Kombinasi partisi beton, dinding batu dan pagar tinggi melindungi area kebun di tingkatan yang lebih rendah. Di area kebun ini juga terdapat batu loncatan yang menggiring pengunjung melewati kolam air dangkal menuju ke pintu masuk.

"Bangunan menyatu sepenuhnya dengan topografi dan dunia luar sebagai salah satu bidang yang bergerak melalui lanskap, menuruni bukit dan melewati di antara dinding untu memasuki masjid. Proyek ini mengintegrasikan buatan manusia dan alam," kata Arolat.

Terlihat kontras antara tangga batu alam yang mengikuti kemiringan alami dari lanskap dan pelat beton bertulang tipis. Struktur ini mencakup lebih dari enam meter untuk membentuk kanopi.

Sebuah ruang shalat dari beton berlapis besar membentuk pusat bangunan, sementara ruang tambahannya termasuk foyer, ruang sepatu penyimpanan dan tempat wudhu, disusun sekitar ruang shalat.

Jamaah pria dan wanita sendiri dipisahkan oleh layar hitam di ruang shalat. Layar hitam ini dibuat berlubang untuk memberikan privasi namun memungkinkan jemaah untuk mempertahankan kontak mata dengan mimbar.

Ruang shalat utama memiliki fitur lantai dan langit-langit beton berjenjang. Pencahayaan diatur di bawah lantai dan juga di celah langit-langit yang secara lembut menerangi ruang.

"Interior masjid dibuat seperti di dalam gua. Tempat ini dramatis dan menakjubkan untuk berdoa dan mendekatkan diri dengan Tuhan," tambah Arolat.

Sebuah setapak berundak dengan profil bulat menciptakan podium untuk khatib di depan pintu. Sebuah tangga di balik pintu mengarah ke menara tinggi membujur, struktur dekoratif yang biasanya digunakan untuk mengumandangkan azan.

Mimbar lainnya ada pada dinding hitam berdampingan, yang memisahkan kamar mandi di ruang utama dengan frame ruang untuk pengkhotbah.

Masjid Sancaklar, yang selesai pada tahun 2012 ini memenangkan bangunan ibadah terbaik pada Festival Arsitektur Dunia 2013. Masjid ini juga telah dinominasikan pada Desain of the Year, penghargaan tahunan yang digelar oleh Museum Desain di London.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau