Namun demikian, kata Hudaya, investor harus jeli melihat peluang jalan tol mana yang akan mendatangkan keuntungan atau profit center, dan mana yang tidak.
Karena itu, masih menurut Hudaya, jalan tol di kawasan-kawasan dengan traffic (kepadatan volume kendaraan) tinggi atau gemuk yang dinilainya punya prospek bagus dan mendatangkan keuntungan.
"Trans-Jawa merupakan jalur gemuk, untuk saat ini. Karena volume kendaraannya padat, mulai dari Jakarta di barat hingga Surabaya di timur. Saat ini saja kami menghitung jumlah kendaraan yang keluar melalui gerbang Tol Palimanan sebanyak 35.000 kendaraan per hari," tutur Hudaya kepada Kompas.com, saat diwawancarai di Kantor Pengelola Tol Cikopo-Palimanan, Cikopo, Kamis (18/6/2015).
Bagaimana dengan Trans-Sumatera, Trans-Sulawesi, dan Trans-Kalimantan? Hudaya berpendapat, saat ini yang paling padat masih Trans-Jawa, sementara jalur lainnya masih butuh studi kelayakan yang matang.
Oleh karena itu, kata Hudaya, PT Lintas Marga Sedaya, berani mengisi missing link (jalur terputus) dari Trans-Jawa yakni ruas Cikopo-Palimanan dan mengajukan rancangan bisnis kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sejak 2006.
Sebelumnya ruasjalan tol yang sudah terbangun adalah Tol Jakarta-Cikampek, dan Tol Kanci-Pejagan.
"Kami sudah memperhitungkan biaya investasi, analisis pengembalian investasi, tarif tol, hingga penyewaan area-area komersial pihak ketiga yang tertarik membuka usaha bersama kami," imbuh Hudaya.
PT Lintas Marga Sedaya sendiri dalam mengembangkan Tol Cikopo-Palimanan telah menggelontorkan dana hingga senilai Rp 13,7 triliun. Dengan konsesi selama 35 tahun, Hudaya optimistis pengembalian investasi akan sesuai target yang telah ditetapkan.
Ada pun tarif tol sesuai dengan Keputusan Menteri PUPR adalah sebesar Rp 823 per kilometer atau Rp 96.000 untuk kendaraan golongan I dengan jarak terjauh.
Karena itu, lanjut Hudaya, PT Lintas Marga Sedaya belum akan melirik potensi ruas-ruas tol lainnya. "Kami harus konsentrasi di Tol Cikopo-Palimanan, hingga ruas ini beroperasi dengan baik, dan maksimal," pungkas Hudaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.