Mereka sadar betul bahwa pembangunan infrastruktur akan menjadi stimulus utama bagi pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya meningkatkan daya beli, dan kualitas hidup masyarakat.
Direktur Teknik PT Global Rancang Selaras, Victor Febrian Wicaksono, mengutarakan pendapatnya kepada Kompas.com, saat perjalanan "Jotun Colorful Journey 2015" di Hanoi, Vietnam, Selasa (19/5/2015).
"Indonesia harus berbenah. Terutama dalam pembangunan infrastruktur. Pemerintah harus punya komitmen kuat untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur. Melihat kondisi aktual di Hanoi sekarang ini, bukan tidak mungkin Jakarta, atau kota-kota lain di Indonesia bakal tertinggal di belakang," tutur Victor.
"Kota itu harus memiliki fungsi sebagai tempat bertumbuh kembangnya masyarakat. Hanoi menuju ke arah sana dengan stimulus utama infrastruktur yang berkualitas, memadai, dan terintegrasi," imbuh Victor.
Hal senada dikemukakan Principal dan Senior Architect Design Director Urbane Indonesia, Irvan P Darwis. Menurutnya kemajuan pembangunan infrastruktur di kota pemerintahan Vietnam tersebut sangat mengagumkan.
"Terutama infrastruktur dasar seperti Bandara Internasional Noi Bai, jalan utama, jalan tol, dan jembatan. Lihat saja, kualitas jalannya mulus-mulus, dan lebar-lebar. Bisa tidak berhenti sembarangan, dan sebagainya," kata Irvan.
Demikian halnya dengan pengembangan kota barunya macam Ecopark, dan Vinhomes serta Times City yang dirancang dengan serius menjadi pusat-pusat pertumbuhan baru. irvan bahkan berani membandingkan ketiga pusat pertumbuhan baru tersebut dengan kawasan Surabaya Barat yang juga sama-sama sedang berkembang.
"Ecopark, Vinhomes, dan Times City mirip dengan Surabaya Barat yang dimotori CitraLand Surabaya. Dalam jangka waktu tak sampai sepuluh tahun Hanoi secara khusus, dan Vietnam secara umum mampu mengejar Indonesia," prediksi Irvan.
Komitmen
Berbeda dengan Indonesia yang sampai harus menunggu 20 tahun untuk merealisasikan Tol Trans-Sumatera. Jika Presiden Joko Widodo tak kunjung memulai pembangunan Tol Trans-Sumatera di Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan, pada Kamis (30/4/2015) lalu, masyarakat yang tinggal di Pulau Sumatera mungkin harus berhenti berharap.