Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Properti Tak Akan Pernah Mati

Kompas.com - 02/05/2015, 20:16 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

"Kita tidak bisa menafikan gelombang gaya hidup seperti itu, di mana tinggal dan berkantor dalam tempat dan ruang yang sama sudah menjadi kebutuhan. Terbukti gedung Spazio yang kami kembangkan di Surabaya, sudah terjual seluruhnya. Mereka yang mengisi adalah perusahaan jasa, industri kreatif, dan juga start up company," ungkap Sinarto.

Dia menambahkan, hingga kini harga properti gaya hidup Spazio sudah menyentuh level Rp 30 juta per meter persegi. Padahal, saat dipasarkan pada dua tahun lalu, masih berada pada kisaran Rp 25 juta per meter persegi.

Saatnya membeli

Lily menyarankan, saat ekonomi melambat dengan pertumbuhan diprediksi hanya sekitar 5 persen, dan Rupiah masih belum normal justru merupakan momen yang tepat untuk membeli. Pasalnya, para pengembang berlomba memberikan hadiah, potongan harga, dan tawaran menarik dalam hal pembiayaan.

"Para pebisnis, investor, dan mereka yang mau membeli properti kedua, ketiga, dan seterusnya banyak yang melakukan aksi wait and see atau menunggu. Saat itulah momen bagi calon konsumen, terutama pembeli pertama, atau pengguna akhir (end user) untuk membeli," tambah Lily.

Meski demikian, kata Lily, jangan asal membeli. Konsumen harus mempertimbangan empat hal sebelum memutuskan membeli properti. Empat hal ini berlaku untuk semua jenis properti, mulai dari hunian, tempat usaha, perkantoran, ruko, atau rukan, serta proeprti dengan konsep baru lainnya.

Lily menjelaskan, faktor utama dan terpenting adalah lokasi. Lokasi merupakan fatsun yang disepakati para praktisi, dan pengamat properti, sebagai sangat menentukan potensi dan prospek pertumbuhan nilai properti.

"Jika pembeli adalah investor, lokasi strategis sangat penting. Properti harus mudah diakses, berada di pusat keramaian, dan berprofil tinggi (high profile). Sementara jika Anda adalah end user, lokasi menentukan pengeluaran rutin bulanan. Itu akan berdampak pada kemampuan beli secara keseluruhan," terang Lily.

Faktor kedua adalah mempertimbangkan konsep. Belilah properti yang sesuai dengan kebutuhan, dan gaya hidup, baik untuk rumah tinggal atau tempat usaha. Gaya hidup lima tahun ke depan tentu akan sangat berbeda dengan gaya hidup sekarang. Nah, properti dengan konsep one stop living seperti SOHO masih sangat diminati dalam waktu panjang.

Faktor ketiga adalah momentum pembelian. Belilah properti saat harganya belum merangkak naik, di bawah harga pasar, atau saat rilis perdana ketika diluncurkan. Kalau beli setelah progres konstruksi mencapai 30 persen, harganya juga mengikuti. Demikian halnya bila menunggu seluruh konstruksi terbangun, harganya akan semakin berlipat ganda.

"Tiga atau lima tahun lagi, saat properti dengan konsep one stop living jadi, maka harganya sudah tidak terjangkau lagi. Inilah yang kemudian dikatakan bisnis properti tidak akan pernah mati," imbuh Lily.

Faktor keempat, pertimbangkan reputasi pengembangnya. Rekam jejak sangat penting, terlebih kekuatan finansialnya.

Managing Director Grup Aldebaran, Fransiscus Lugito, mengamini. Menurut dia, ekuitas perusahaan penting, tidak bisa hanya mengandalkan uang konsumen (hasil penjualan). Untuk itulah, salah satu proyek yang tengah dikembangkannya, yakni Roseville SOHO & Suites Serpong mengandalkan ekuitas, hasil penjualan, dan juga pinjaman perbankan.

"Dari total kebutuhan dana sebesar Rp 500 miliar untuk membangun 143 unit SOHO, 881 unit apartemen, termasuk 9 unit griya tawang (penthouse), kami menerapkan komposisi ekuitas, hasil penjualan, dan pinjaman perbankan," kata Fransiscus.

Karena konsep yang ditawarkan adalah SOHO yang terhitung baru untuk kawasan Serpong, produk Grup Aldebaran ini disambut antusias. "Pasar yang kami incar pun sangat spesifik yakni kalangan muda baik profesional, keluarga, maupun pengusaha muda. Mereka antusias, hingga saat ini sudah terjual 55 persen," tutur Fransiscus.

Dari hasil penjualan tersebut, dan ekuitas yang dimiliki itulah, kata dia, pembangunan Roseville SOHO & Suites, sudah dimulais ejak 11 April 2015 lalu. Grup Aldebaran pun berani menargetkan serah terima awal 2018 dengan proyeksi penjualan lebih dari Rp 1 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com