Dia menyebutkan, peminat tanah di Kelapa Gading memang sangat banyak, namun para pemiliknya enggan menjual kembali. Namun, peminat tanah terus menawarnya hingga harga melambung. Soegianto memperkirakan, harga tanah di Kelapa Gading bisa menembus angka Rp 50 juta per meter persegi.
Kawasan yang dihuni 30.000 kepala keluarga ini, dihuni masyarakat yang berasal dari latar belakang beragam. Pasangan muda lebih memilih rumah yang kecil mulai dari luasan 36 meter persegi hingga 45 meter persegi. Hal ini disebabkan mereka belum membutuhkan banyak kamar untuk ditinggali. Selain itu, dengan rumah yang tidak terlalu besar, harganya juga relatif lebih murah.
Tidak hanya pasangan muda, kata Soegianto, pasangan mapan juga banyak yang mendatangi Kelapa Gading. Bedanya, para pasangan mapan ini cenderung mencari rumah dengan unit yang memiliki tiga kamar tidur. Alasannya, para pasangan mapan ini sudah memiliki anak yang cukup besar, serta menyiapkan ruang untuk cucu mereka.
Penjualan turun
Menurut Soegianto, penjualan rumah tahun ini belum membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Ia beranggapan, hal tersebut disebabkan karena pemerintah belum menetapkan kepastian Pajak Penghasilan atas Barang Mewah (PPnBM). "Mungkin orang-orang bertanya soal pajak. Kalau ada kepastian mungkin akan lebih baik," kata Soegianto.
Ketidakjelasan ini, tambah dia, membuat pembeli atau investor menahan diri untuk membeli rumah. Mereka lebih memilih menunggu kejelasan dari pemerintah mengenai hal tersebut.
Ada pun terkait target kenaikan penjualan dibandingkan 2014, Soegianto tidak bisa menyebutkan angka pasti. Namun ia memprediksi, kenaikannya tidak akan terlalu tinggi. Dalam kurun waktu setengah tahun ke depan, penjualan diharapkan bisa bergerak lebih positif.
"Kita kan masih di awal tahun, pebisnis hati-hati betul. Tapi, kalau melihat tahun ini orang lebih ragu-ragu, tetap (atau penjualan sama dengan tahun lalu) saja, sudah bagus," tutur Soegianto.