Dengan demikian, menurut Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI), Eddy Hussy, untuk membangun satu juta rumah, jumlahnya harus satu setengah kali lipat lebih banyak dari tahun sebelumnya. Meski terlihat tidak mudah, ada sejumlah jalan yang bisa ditempuh oleh pemerintah.
Menurut Eddy, jika semua pihak mendukung, permasalahan lahan, pembiayaan, suku bunga, infrastruktur, dan perizinan akan lebih mudah teratasi. Semua pihak, termasuk anggota REI seluruh Indonesia pasti membantu.
"Kami punya anggota di daerah yang siap membangun dengan lahan yang telah dimiliki. Sebanyak 70-80 persen anggota REI berada di sektor menengah," kata Eddy.
Selama ini, para pengembang tersebut masih menghadapi kendala keterbatasan ekonomi. Untuk itu, Eddy berharap, ada dorongan dan insentif dari pemerintah bagi pengembang kecil dengan pemberian kredit konstruksi, dan kemudahan perizinan.
Selain itu, pemerintah juga harus membantu dalam pengadaan lahan, karena para pengembang menengah ini punya cadangan lahan tidak besar. Jika dibantu pemerintah, penegmbang REI siap membangun, terlebih di daerah-daerah yang akan dibangun infrastruktur.
"Kuncinya, infrastruktur induk. Kalau ini dibuka, lahan jadi produktif dan memberikan kesempatan untuk mmbangun rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)," jelas Eddy.
Tidak hanya itu, Eddy juga berharap ground breaking yang dilakukan pemerintah nanti harus kontinyu dan tidak hanya semangat di awal-awal program. Pemerintah harus realistis, karena program ini tidak mungkin diselesaikan pada 2015 saja. Ketika ada keseriusan dan kontinuitas, tahun berikutnya akan lebih gampang untuk menyelesaikan kebutuhan rumah.