Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangun Rumah Rakyat Miskin Jangan Sebatas "Ground Breaking"

Kompas.com - 08/03/2015, 13:51 WIB
Hilda B Alexander

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Dimulainya pembangunan rumah untuk kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebanyak 211.000 unit, pada April 2015 mendatang, menuai kritik. Pasalnya, target tersebut dinilai terlalu muluk, dan diputuskan tanpa melalui analisa mendalam.

Selain itu, tak ada terobosan dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam mempersiapkan bagaimana target rumah untuk rakyat miskin tersebut dibangun. Sehingga nasib Program Nasional Pembangunan Satu Juta Rumah hanya sebatas seremoni peletakan batu pertama alias ground breaking. 

Komisaris PT Hanson Land International Tbk., Tanto Kurniawan, mengutarakan pendapatnya terkait target dan realisasi Program Nasional Pembangunan Satu Juta Rumah, kepada Kompas.com, pekan ini.

"Sudah jelas kapasitas dan kemampuan membangun jauh dari target, tapi masih berani bilang optimistis bisa dicapai hanya melalui upacara ground breaking sesaat. Ini kontradiktif sekali," ujar Tanto.

Menurut Tanto, bangun rumah rakyat miskin jangan sebatas groundbreaking, tirulah negara-negara lain yang begitu memperhatikan kepentingan rakyat. Dia pun secara khusus menyoroti Hongkong yang demikian panik saat target penyediaan rumah murah tidak tercapai selama periode 2014 lalu.

Untuk mengatasi melesetnya target tersebut, kata Tanto, pemerintah Hongkong kemudian mengambil langkah-langkah yang cepat. Termasuk melakukan rezonasi daerah-daerah yang menjadi kawasan perumahan. 

"Mereka melakukan analisa dan membuat terobosan-terobosan bagaimana permasalahan tersebut bisa diperbaiki. Di sana juga ada badan khusus yang mengurusi perumahan massal," tambah Tanto.

Tingginya atensi pemerintah Hongkong terhadap pembangunan rumah murah, ternyata tidak memengaruhi kondisi pasar properti di sana secara umum. Pasar properti Hongkong justru kian menarik. Ini dibuktikan dengan kenaikan harga yang terus tumbuh karena pasokan terbatas.

"Bahkan karena dikhawatirkan overheated, kebijakan loan to value (LTV)-nya diperberat lagi dengan batasan uang muka sebesar 40 persen untuk rumah pertama. Sementara untuk rumah kedua dikenakan buka kredit pemilikan rumah (KPR) yang lebih tinggi," tandas Tanto. 

Sebagai informasi, bulan Maret ini bunga KPR sudah dinaikkan karena mata uang dollar Hongkong sangat dipengaruhi keadaan ekonomi Amerika Serikat. Negara ini baru saja menaikkan suku bunga deposito dan kredit seiring pulihnya ekonomi. Hal ini memaksa Hongkong ikut menaikkan suku bunga.

"Selama bertahun-tahun dollar Hongkong pegged oleh dollar AS dengan kurs yang tidak pernah naik sehingga terkesan Hongkong ikut apa pun yang terjadi di Amerika Serikat. Kecuali, pasar properti, mengingat Hongkong adalah sebuah pulau yang tanahnya sangat terbatas," ucap Tanto.

Sebelumnya diberitakan, Kementerian PUPR akan memulai pelaksanaan program pembangunan satu juta rumah pada April 2015 mendatang. Kegiatan pemancangan tiang pertama (ground breaking) dilakukan serentak di 34 provinsi. 

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengadaan Perumahan Kementerian PUPR, Syarif Burhanudin, mengatakan kegiatan ground breaking  merupakan bagian dari tiga pencanangan, pertama pemancangan itu sendiri dan dua lainnya adalah penyerahan surat hunian bangunan yang sedang dalam proses, serta kebijakan. 

Total target tahun pertama sebanyak 211.000 unit rumah yang akan dibangun bagi MBR. "Berdasarkan data sementara, yang siap launching ada 211.000 (unit). Itu pun target kita hanya MBR," ujar Syarif kepada Kompas.com, di Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, Jumat (6/3/2015).

Syarif mengatakan sesuai pembagian tugas yang ada, pemerintah hanya membangun 98.300 unit tahun ini. Sisanya, akan diserahkan kepada pengembang. Porsi pengembang bisa dilakukan kapan saja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com