Untuk diketahui, rupiah terus melemah di tengah-tengah melorotnya harga minyak global. Sejak puncaknya pada bulan Maret 2014, rupiah terdepresiasi 5,7 persen terhadap dollar Singapura.
Itulah yang menyebabkan pelaku bisnis dan industri pariwisata Singapura ketar-ketir. Mengapa? Karena sebagian besar pasar sektor pariwisata medis Singapura atau 61 persennya berasal dari Indonesia.
Menurut HVS, periset hotel dan pariwisata global yang berbasis di Amerika Serikat, pada 2013, sektor ini memberikan kontribusi 3 persen atau 832 juta dollar Singapura dari total penerimaan pariwisata Singapura.
Terdepresiasinya rupiah terhadap dollar Singapura berpotensi mereduksi jumlah kunjungan Indonesia secara signifikan.
Singapura sendiri telah lama dianggap sebagai salah satu tujuan medis dan paling disukai di Asia Tenggara. Meningkatnya persaingan yang ditandai munculnya pariwisata medis negara lain, seperti Malaysia, Indonesia, Hongkong, dan Jepang, justru memacu Singapura meningkatkan pelayanannya.
Malaysia memiliki rencana mengembangkan Mediplex, fasilitas kesehatan pertama yang dikombinasikan dengan pusat belanja serta memberikan layanan yang disesuaikan untuk pengunjung saat tiba di Bandara Penang dan Kuala Lumpur.
Sementara Indonesia, di sisi lain, juga bakal membangun fasilitas medis serupa. Indonesia memiliki rencana untuk mengubah Bali menjadi destinasi utama untuk operasi dan pemulihan kesehatan.