Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Memberatkan, Bunga KPR Subsidi Harus Segera Dipangkas

Kompas.com - 15/02/2015, 23:00 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kendati kredit kepemilikan rumah (KPR) yang disubsidi oleh pemerintah lewat Bank Tabungan Negara (BTN) dianggap masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) menguntungkan, namun tidak berpengaruh banyak.

Pasalnya, harga rumah terus naik melebihi kenaikan penghasilan karyawan atau pekerja kantoran. Lonjakan harga rumah bisa 20 persen hingga 30 persen. Sementara penghasilan bersih karyawan naik hanya lima persen hingga 10 persen.

Ketimpangan antara jumlah penghasilan dan harga rumah sangat dirasakan Agus. Pria 38 tahun ini mengunjungi pameran Indonesia Property Expo di Jakarta Convention Center, pada Sabtu (14/2/2015).

Dia mengatakan, KPR yang diberikan tidak terlalu bisa membantu. Terlebih dengan suku bunga yang dipatok saat ini. Menurut Agus, dengan suku bunga yang masih berada pada level 7,25 persen untuk KPR subsidi, masih sangat memberatkan. Dengan suku bunga sebesar itu, angsuran per bulan bisa lebih dari 30 persen penghasilan.

"KPR membantu, tapi tidak banyak. Harga rumah kan terus naik, peningkatannya bisa mencapai 10 kali lipat. Padahal pendapatan kita paling cuma naik satu atau dua kali. Ini kan jelas gap-nya," ujar Agus.

Agus menganggap, suku bunga KPR subsidi masih terlampau tinggi. Ia berharap, pemerintah dapat meringankan suku bunga KPR bersubsidi agar masyarakat dapat memiliki hunian.

"Ya saya berharap ada penurunan suku bunga. Kalau yang sekarang itu masih terlalu berat bagi kelas MBR. Sekarang masyarakat kan juga punya kebutuhan rumah," ujar Agus.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Bank BTN, Mansyur S. Nasution, mengatakan akan melakukan penyesuaian suku bunga KPR yang berlaku per 1 Maret 2015. Penyesuaian tersebut dilakukan setelah evaluasi dengan berbagai pertimbangan bisnis serta tetap memperhatikan kemampuan masyarakat dan bank.

"Penyesuaian suku bunga bervariasi. Untuk KPR/KPA dengan suku bunga tetap 1 atau 2 tahun penurunan bervariasi antara 50 sampai 75 basis poin. Untuk KPR/KPA Subsidi, penurunan bervariasi antara 200 sampai 400 basis poin," tandas Mansyur.

KPR BTN diminati

KPR BTN tetap menjadi pilihan konsumen. Terbukti dari beberapa pengunjung pameran Indonesia Property Expo 2015 yang diwawancara Kompas.com pada Sabtu (14/2/2015), seluruhnya mengatakan memilih KPR BTN.

Adit (21), contohnya. Dia memilih menggunakan KPR BTN karena angsurannya yang rendah serta adanya subsidi untuk MBR.

"Harga cicilan KPR lebih menguntungkan daripada saya harus ngontrak rumah terus. Suku bunga kredit KPR yang ditetapkan juga lebih murah dibandingkan dari bank pemerintah lainnya," ujar Adit.

Pengunjung lainnya, Maulana (30), mengatakan KPR BTN yang ditawarkan dianggap menguntungkan karena periode untuk mengangsur kredit lebih lama dibandingkan yang ditawarkan bank pemerintah, dan swasta lainnya.

"Kalau dibilang menguntungkan, lumayan ya. Kita jadi bisa lebih lama mencicilnya, maksimalnya kan 25 tahun periode cicilan," tutur Maulana.

Dia lebih memilih menggunaan KPR bersubsidi karena meringankan beban biaya membeli hunian. "Ada subsidi dari pemerintah jadi lebih ringan juga mencicilnya. Bisa menghemat untuk biaya lainnya," tandas Maulana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau