Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Depan, Bisnis Pusat Belanja Masih Menjanjikan

Kompas.com - 26/12/2014, 18:37 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Kendati nilai tukar Rupiah masih tertekan, suku bunga tinggi, dan likuiditas pasar menyusut, namun sektor ritel (pusat belanja) diyakini masih menjanjikan pada tahun 2015 mendatang. 

Terbukti dengan pertumbuhan jumlah kunjungan ke pusat-pusat belanja di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, serta kota-kota lainnya, macam Solo, Semarang (keduanya Jawa Tengah), dan Balikpapan, di Kalimantan Timur.

Demikian dikemukakan Direktur Utama PT Ciputra Surya Tbk., Harun Hajadi, kepada Kompas.com, Jumat (26/12/2014).

"Tahun depan, pasar ritel masih bagus sekali karena ritel merupakan small ticket item atau barang belanja yang nilainya kecil. Jika likuiditas pasar menyusut biasanya yang terkena dampak terbesar adalah big ticket item atau barang-barang yang nilainya besar seperti mobil dan rumah," ujar Harun.

Yadie Suasana Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, saat Natal 2014 dan jelang tahun baru 2015. Gambar diambil Jumat (26/12/2014).
Tahun 2015, menurut Harun, meskipun Rupiah masih terdepresiasi, bunga bank naik dan likuiditas pasar mengecil, namun ritel belum akan terkena dampaknya. Sebaliknya, jika pengetatan likuiditas terjadi terus menerus lebih dari satu tahun maka dampaknya akan terasa di sektor ritel.

"Ritel tidak akan stuck. Baik di Jakarta atau kota-kota lainnya. Sebab, pengunjung pusat belanja yang kami bangun dan kelola seperti Ciputra Mall di Grogol, Jakarta Barat, Ciputra World Jakarta di Kuningan, Jakarta Selatan, dan Ciputra World Surabaya, meningkat tahun ini. Walaupun yang di Grogol tidak meningkat terlalu banyak karena malnya sudah mature sementara Ciputra World Jakarta lebih besar peningkatannya," terang Harun.

Hal senada dikemukakan GM Sales, Marketing and Promotion Paragon City Mall Semarang, Dian Widiyanti. Menurut Dian, pasar ritel tahun depan justru akan bertahan karena investasi asing banyak yang masuk.

Sigit Sarwanto Dekorasi menghiasi interior The Park Solo, Solo Baru, Jawa Tengah, saat Natal 2014 dan jelang Tahun Baru 2015. Gambar diambil Jumat (26/12/2014).
"Tantangannya memang cukup besar, namun jangan dilupakan kelas menengah kita dengan daya beli tinggi juga meningkat. Itu yang membuat kami tetap optimistis sektor pusat belanja ini mampu bertahan dari tantangan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Bahkan kami berani membangun Paragon City Mall II," ujar Dian.

Dian menuturkan, Paragon City Mall II akan dikembangkan ekstensinya tahun depan. Mal baru ini mengadopsi konsep family mall, namun dengan kelas lebih tinggi dari edisi perdananya. Lokasinya masih berada di Jl Pemuda, Semarang. Dirancang seluas 150.000 meter persegi di atas lahan 1,8 hektar.

"Saat ini kami tengah melakukan negosiasi dengan Mitra Adi Perkasa (MAP) Group untuk mengisi ruang-ruang ritelnya. Tahun depan adalah land lord's market, pemilik gedung yang punya posisi tawar lebih besar ketimbang penyewa. Jika dulu kami yang mencari penyewa, nanti sebaliknya penyewa yang justru mencari gedung untuk ekspansi," imbuh Dian.

Tak hanya pusat belanja, Paragon City Mall II akan diintegrasikan dengan jenis properti lainnya. Namun, karena masih mengikuti dinamika pasar, Dian memastikan ada dua opsi yakni perkantoran dan apartemen.

Inovasi

Meski memprediksi tren tahun depan masih positif untuk sektor ritel, namun Harun mengingatkan para pengembang dan pengelola harus melakukan inovasi dan mengembangkan kreatifitas tak terbatas.

"Saya kira pengembang dan pengelola mal-mal baru harus selalu melakukan inovasi baru dengan konsep yang tidak terbatas. Seperti mal yang kami bangun, Ciputra World Surabaya. Area hiburan berada di lantai paling atas yang kami namakan VWalk dan bisa diakses langsung dari lantai bawah ke lantai tiga melalui eskalator tertinggi di Asia Tenggara," kata Harun.

Rancangan seperti itu dibuat supaya mudah diakses pengunjung. Selain area hiburan, terdapat juga koridor khusus untuk makanan, minuman, dan lain sebagainya yang beroperasi hingga jam 24.00 malam.

"Membangun mal itu sulit sekali, lokasi harus benar-benar top. Di luar Jakarta dan Surabaya, masih cukup sulit membangun mal karena sewanya kurang justified. Karena itu, kami belum ada rencana bangun mal baru," tandas Harun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau