CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, memastikan teori "tiga L" yang sangat menentukan kesuksesan sebuah pengembangan properti, kepada Kompas.com, Jumat (12/11/2014).
"Properti itu bergantung pada lokasi, lokasi, dan lokasi. Lokasi pertama adalah address atau alamat. Kalangan atas akan dengan mudah merogoh kocek sedalam apa pun untuk membeli alamat. Address itu yang membuat atau mengangkat sebuah proyek properti menjadi elite," kata Hendra.
Dia mencontohkan lokasi proyek apartemen di Menteng, Jakarta Pusat. Walaupun pengembangnya sekelas Agung Podomoro Group yang lebih dikenal sebagai supply driven, kalangan elite pasti membelinya. Pasalnya, Menteng-lah yang membuat proyek tersebut menjadi elite.
Sebaliknya, lanjut Hendra, kalau pun pengembangnya sekelas Dua Mutiara Group, tapi bila lokasinya di koridor Mas Mansyur, akan sangat berat bagi kalangan atas membeli produknya. Padahal, Dua Mutiara Group adalah boutique developer yang sudah melahirkan properti-properti mewah.
Dua Mutiara Group akan kesulitan mengangkat kawasan tersebut dan mengubahnya menjadi elite. Bisa-bisa, kata Hendra, proyek dia sendiri yang premium sementara kawasan di sekitarnya tidak mendukung.
"Itu semua hanyalah ilustrasi atau contoh betapa lokasi, dalam hal ini address sangat memengaruhi pertimbangan konsumen kelas atas untuk membeli sebuah produk properti," imbuh Hendra.
Lokasi kedua adalah neighborhood atau lingkungan sekitar. Orang-orang kaya pembeli properti premium akan bertanya profil tetangga kiri, kanan, depan, dan belakangnya. Hendra menyebut apartemen di Pondok Indah, apartemen Keraton at The Plaza di CBD Thamrin, apartemen Pacific Place di CBD Sudirman, dan apartemen Dharmawangsa di Kebayoran Baru, punya lokasi dengan lingkungan yang mendukung.
"Bandingkan dengan apartemen di kawasan Semanggi, atau koridor Kasablanka-Mas Mansyur, atau di Rasuna Epicentrum. Pengembang apartemen mewah di sana harus berjuang untuk menjadikan kawasan sekitar sama elitenya dengan produknya," tandas Hendra.
Lokasi yang terakhir adalah aksesibilitas. Lokasi yang mudah diakses dari berbagai arah tanpa menghilangkan privasi dan faktor keamanan, bakal diserbu konsumen berduit.
"Lihat saja, kawasan Senopati yang demikian strategis dan hanya sepelemparan batu dari Sudirman CBD, diperebutkan pengembang untuk dibangun apartemen mewah. Kenyataannya, memang, apartemen di sana laku, meskipun banyak juga yang meragukan kualitas dan kelas "kemewahannya"," beber Hendra.
Lepas dari itu, tambah Hendra, pasar properti Indonesia sangat unik. Produk apartemen termahal dan termurah pasti laku. Untuk apartemen termurah, jelas pembelinya adalah end user dan kalangan investor yang memburu rente.
Sementara untuk apartemen termahal pasti diburu karena menyangkut prestise, dan pasokannya juga sangat terbatas. "Jadi, setinggi apa pun harganya kalangan jetset Indonesia pasti berlomba membeli dan memilikinya," pungkas Hendra.
Sebagai informasi, pasar properti Indonesia saat ini dipenuhi apartemen mewah dengan rentang harga mulai dari Rp 40 juta hingga Rp 60 juta per meter persegi di luar PPNBM.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.