Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Lonjakan Harga Properti Bukan karena Kenaikan Harga BBM"

Kompas.com - 20/11/2014, 15:19 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Belum terciptanya ekuilibrium pasar seperti saat ini, kata dia, jelas menstimulasi harga untuk kian melambung. Hal ini terutama di kawasan-kawasan favorit atau kawasan dengan "ekologi kehidupan" yang lengkap, mulai dari fasilitas pendidikan, hiburan, kesehatan, relaksasi, bisnis, hingga komersial.

"Sementara itu, faktor kenaikan BBM sudah kami antisipasi sejak dalam rencana awal pengembangan proyek. Kontraktor sudah kami 'kunci' dengan nilai kontrak tertentu untuk jangka waktu lima tahun. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk mengubah nilai kontrak karena harga material melonjak akibat perubahan harga BBM," tandas Joppy.

Diferensiasi pembiayaan

Sementara itu, Wisnu Tri Anggoro berpendapat. Perbedaan konsep produk, salah satunya terobosan pembiayaan, sangat memengaruhi peningkatan harga jual properti.

"Sekarang properti sudah bukan lagi tentang lokasi, lokasi, dan lokasi, melainkan apa yang bisa kita tawarkan, dan bagaimana kita bisa membuat konsumen tertarik membeli. Tentu harus kita sentuh spot-spot yang tepat dalam tataran logika berpikir konsumen," papar Wisnu.

Dia menuturkan, untuk saat ini, dengan kondisi pengetatan kredit serta suku bunga KPR/KPA dua digit, hal yang paling tepat adalah melakukan terobosan pembiayaan. Uang muka yang bisa dicicil selama periode tertentu tanpa bunga, dengan posisi harga jual tetap alias tidak berubah, sangat diburu konsumen.

"Contohnya produk Majestic Icon Yogyakarta. Harga jual hanya Rp 280 juta per unit. Uang muka bisa dicicil 24 kali dengan bunga nol persen. Sementara itu, posisi harga jual tetap. Sudah barang tentu hal ini sangat menarik dan menguntungkan konsumen. Karena sudah terjual 80 persen, kami memutuskan menaikkannya 10 persen menjadi Rp 310 juta per unit," ucap Wisnu.

Jadi, dia melanjutkan, kenaikan harga BBM tidak memengaruhi pertumbuhan harga properti. Yang sangat berpengaruh adalah bagaimana pengembang mengimplementasikan rencana bisnisnya dengan tetap, sesuai sasaran, dengan kemasan memikat yang berbeda.

"Hal itu berpotensi memicu pertumbuhan harga jual. terlebih jika penawarannya sesuai dengan ekspektasi konsumen," pungkas Wisnu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau