Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Megaproyek Properti Dibiayai dari Kocek Pribadi

Kompas.com - 14/11/2014, 11:46 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Selain konsorsium, kata Hendra, banyak juga yang tidak mau berpartner dengan alasan supaya bisa mengendalikan proyek secara penuh.

"Yang mau melakukan mekanisme ini, bisa jadi, pakai uang bank. Lebih baik pakai uang bank. Asal bisa full control," tambah Hendra.

Hendra tak menampik, jika "uang panas" atau hot money atau pencucian uang juga beredar di pasar properti Indonesia. Namun, dia tidak bisa memastikan proyek mana saja yang menggunakan uang panas.

"Ini merupakan isu sensitif. Saya no comment," kata dia.

Namun, yang jelas, lanjut Hendra, uang investor yang masuk properti belum tentu "mati" uangnya. Hal itu mengingat pasar sedang lesu saat ini. Pasalnya, rata-rata nilai tanah naik terus. Kalau tidak meroket, proyeksinya landai. Tapi, tetap naik dan lebih menarik daripada disimpan di bank. Di sisi lain, tingkat inflasi tinggi membuat nilai mata uang semakin kecil dan daya beli makin tergerus.

"Jadi, tetap lebih menarik beli properti ketimbang disimpan di bank. Sambil kembangkan pelan-pelan atau bertahap," tuturnya.

Pendek kata, imbuh Hendra, investasi properti selalu lebih menarik. Meskipun pembelian harus dengan kredit KPA atau KPR. Yang pasti di negara-negara cash is the king seperti China, Vietnam, Indonesia, bisa saja orang beli properti dengan membawa uang sekarung.

Sementara itu, di  Amerika Serikat atau Indonesia pada waktu krisis finansial, banyak bank tidak bisa bertahan alias gulung tikar. Akhirnya, para investor malah memiliki preferensi untuk berinvestasi di sektor properti.

"Karena properti on sale. Banyak orang butuh uang sehingga mereka bayar tunai. Tanpa pakai KPR," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com