Pelonggaran moneter tersebut dilakukan pasca krisis finansial global dengan tujuan menggenjot pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Kini, usai QE dicabut, banyak pihak berspekulasi bahwa bisnis properti akan ikut terdampak.
Namun, para pengamat justru mengatakan hal sebaliknya. Kepala Riset Pasar Modal Asia Pasifik JLL, Megan Walters, menekankan, bahwa investor akan terus melihat properti sebagai aset inti yang sangat menarik. Asia Pasifik akan tetap menarik karena investor internasional terus melakukan diversifikasi portofolio mereka di kawasan ini.
"Pelaksanaan program QE di negara maju memang berpengaruh signifikan terhadap pasar-pasar berkembang, khususnya kawasan Asia Pasifik. Pasalnya arus modal dari negara maju begitu deras mengalir ke kawasan ini. Hal tersebut mendorong suku bunga global lebih rendah dan investor percaya diri menanamkan tambahan modal tambahan ke sektor properti demi mengejar keuntungan," papar Walters dalam keterangan pers tertulis kepada Kompas.com, pekan lalu.
Dia melanjutkan, di Asia Pasifik, kedua faktor tersebut menciptakan gelombang investasi di sektor properti yang menyebabkan pemerintah Tiongkok, Hongkong dan Singapura menerapkan peraturan untuk mendinginkan pasar. Peraturan tersebut terutama difokuskan pada properti perumahan.
"Akhir dari pelonggaran moneter ini akan memutus upaya-upaya pendinginan. Dampak potensialnya adalah tingkat bunga naik dan ekspektasi harga sewa seperti perkantoran komersial di kawasan Asia Pasifik harus diperhitungkan kembali," tambah Walters.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.