JAKARTA, KOMPAS.com - Kiprah pengembang asing di Indonesia yang semakin aktif dan agresif, seharusnya dipandang positif. Pasalnya, mereka lebih memilih beroperasi di sini dengan skema kerjasama permodalan (joint venture atau JV) dan kerjasama operasional (joint operation atau JO).
"Dari kedua skema kerjasama tersebut, dimungkinkan terjadinya transfer pengetahuan, keterampilan, dan juga teknologi pengembangan dan konstruksi," ujar CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, kepada Kompas.com, Rabu (29/10/2014).
Hendra menjelaskan, mereka tidak memilih opsi membangun sendiri atau mengakuisisi proyek. Bagi pengembang asing, menggandeng pengembang lokal justru lebih menguntungkan. Karena, pengembang lokal menguasai lahan, pengetahuan tentang regulasi, dan juga perizinan.
"Sementara pengembang asing memiliki "amunisi" berupa pengalaman, profesionalisme, permodalan, pengetahuan membangun, pemasaran skala internasional, dan penguasaan teknologi lebih mumpuni," tambah Hendra.
Hal tersebut, kata Hendra, bisa dimanfaatkan oleh pengembang Indonesia untuk meningkatkan kualitasnya dan kapabilitasnya.
"Tengok saja beberapa pengembang nasional yang sudah menjalin kolaborasi dengan pengembang internasional, mampu memproduksi properti yang berkualitas," tandasnya.
Hendra menuturkan, sejak 1970-an, pengembang asing sudah masuk ke Indonesia. Mitsui Corporation, JAL Hotels Corporation, Tokyu Land, Sumitomo, Kyoei Corporation, dan Shimizu Corporation termasuk generasi pertama yang jeli menangkap peluang menjanjikan yang ditawarkan industri properti Nasional.
Menyusul kemudian Marubeni, Kajima, Sojitz, Itochu sebagai generasi berikutnya. Menariknya, perusahaan-perusahaan ini tak hanya berbisnis inti sebagai developer juga kontraktor.
Generasi terbaru, lanjut Hendra, adalah Mitsubishi, Hongkong Land, AEON, China Sonangol, Capita Land, Wing Tai, Sembawang Corporation, Ascendas, dan Shimizu.
Ada pun realisasi investasi asing di sektor properti yang masuk ke Indonesia hingga kuartal ketiga 2014, menurut data BKPM, senilai 402,5 juta dollar AS atau setara Rp 4,8 triliun. Nilai investasi sebesar itu digunakan untuk menggarap 91 proyek perumahan, apartemen, perkantoran, dan kawasan industri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.