Demikian dipaparkan GM Marketing Grand Orange Condotel Pasar Baru, Ratdi Gunawan, kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (21/10/2014). Menurut dia, prospek kondotel semakin kuat, terutama jika lokasinya berada di lokasi premium.
"Bisa dipastikan, dengan lokasi premium itu tingkat okupansi hotel akan meningkat dan akan menghasilkan room rate yang juga tinggi. Pada akhirnya juga menghasilkan return on investment atau ROI yang tinggi," ujar Ratdi.
Dia mengatakan, semakin tinggi ROI didapatkan, maka semakin cepat pula pengembalian modal dari investasi hotel tersebut. Apalagi, jika investasi hotel itu berupa kondotel bersertifikat hak milik.
Saat ini, Grand Orange Condotel Pasar Baru merupakan hotel bintang empat dengan sertifikat hak milik (strata title) di kawasan dekat Istana Negara, Jakarta. Menurutnya, lokasi kondotel tersebut merupakan kawasan premium yang dikelilingi kantor-kantor pusat pemerintahan, kementerian, dan BUMN.
Sebelumnya, lanjut Ratdi, pihaknya juga menawarkan konsep investasi serupa di Bali, yaitu Kondotel Grand Orange Pandawa Beach. Kondotel tersebut merupakan salah satu contoh kondotel bersertifikart hak milik.
"Kenaikan harga tanah hak milik di Bali sekarang ini di atas 100 persen per tahun nya. Maka, jangan heran, banyak kondotel dipasarkan dengan sertifikat hak pakai 30 tahun saja, setelah 30 tahun kepemilikannya berakhir," kata Ratdi.
Ratdi mengatakan, untuk investor, pihaknya berani menawarkan angsuran 27 jutaan per bulan untuk memiliki salah satu unit Grand Orange Condotel Pasar Baru. Untuk kondotel bintang empat bersertifikat hak milik itu ia menjamin profit sharing hingga 80 persen.
"Di Bali lahan bersertifikat hak milik itu semakin terbatas sehingga harganya tinggi. Ini yang bikin bisnis kondotel semakin potensial, terutama kondotel bersertifikat hak milik, bukan sewa. Nah, ini juga berlaku di pusat kota Jakarta yang lahannya juga semakin mahal," kata Ratdi.
Penuh hotel
Hingga Juni 2014 lalu Jakarta disesaki 29.000 kamar hotel bintang tiga, empat dan lima. Cushman and Wakefield Indonesia menyebutkan, dari total jumlah kamar hotel tersebut 27 persen di antaranya merupakan hotel bintang tiga, 37 persen hotel bintang empat, dan 36 persen sisanya hotel bintang lima.
Secara geografis, menurut Senior Associate Director and Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo, sekitar 60 persen dari total pasokan kamar hotel bintang 3 sampai 5 berada di central business district (CBD) Jakarta dan wilayah Jakarta Pusat.
"Sementara di Jakarta Barat, Utara, dan Selatan mencapai 15 persen, 11 persen, dan 10 persen. Peningkatan jumlah hotel tercatat di Jakarta Timur bersamaan dengan beberapa proyek dalam tahap pembangunan di sepanjang Jl DI Panjaitan dan Jl MT Haryono dalam merespon pembukaan kembali Bandara Halim Perdanakusuma sebagai penunjang bandara domestik komersial Jakarta," papar Arief kepada Kompas.com, Selasa (14/10/2014) pekan lalu.
Melesatnya jumlah pasokan kamar hotel baru, lanjut Arief, juga disertai pertumbuhan positif untuk average room rate (ARR) dan revenue per available room (RevPAR). Dalam mata uang asing (dollar AS), ARR hotel bintang 3 sampai 5, dan mewah meningkat sebanyak 19 persen, 6 persen, 8 persen, dan 12 persen per tahun menjadi 43,1 dollar AS, 63,9 dollar AS, 144,5 dollar AS, dan 190,9 dollar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.