"Kita akan terus berkembang. Kita ciptakan market sendiri. Karena kalau tidak ada market, properti akan lambat. Pasar properti Indonesia paling bagus dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Kita akan bangun market menjadi lebih berkembang," urai Ciputra kepada Kompas.com, Rabu (8/10/2014).
Ciputra optimistis, Indonesia bahkan masih akan lebih baik di antara sesama negara Asia Tenggara lainnya jika Masyarakat Ekonomi ASEAN berlaku pada 2015 mendatang.
"Meskipun ada potensi hambatan kenaikan BBM yang memicu inflasi, properti justru lebih laku. Investor akan memilih properti ketimbang deposito. Kalau dananya ditempatkan di bank, bunganya tetap, belum lagi dipotong cost of fund. Biaya uang jadi naik. Mending beli properti," papar Ciputra.
Selain itu, lanjut dia, Indonesia juga masih punya peluang besar yang bisa dimanfaatkan pengembang dan pelaku industri properti lainnya. Selama tingkat populasi tinggi dan ekonomi tumbuh yang mendorong meningkatnya pendapatan per kapita, selama itu pula pasar properti akan terus tumbuh.
"Apalagi pada 2020 nanti, pendapatan per kapita masyarakat kita diprediksi sudah di atas 10.000 dollar AS per tahun, mendorong pasar properti akan naik terus. Terutama komponen harganya. Sampai kemudian tercapai level sebagai negara maju dengan pendapatan 25.000 dollar AS per tahun, baru kemudian kenaikan harga properti akan berhenti," kata Ciputra.